VALENTINE PERTAMA (chp2 & 3)

 

 

Chapter 2

        Nara tersentak sadar dari lamunannya ketika ia mendengar Rendy memanggilnya.

        “Nara.. ada apa?”

        “Tidak… tidak apa-apa,”

        “Kamu tidak bisa membohongiku, kasih..”

        Nara memutar kedua bola matanya, “Baiklah.. Aku merasa sepertinya aku melupakan sesuatu yang penting.” Kemudian Nara memandang wajah kekasihnya yang tersenyum menatapnya.

        “Perasaan kamu ajah kali.. bagaimana kalau kita lanjutkan kencan kita lagi?”

        Saat ini mereka memang sedang kencan, berjalan-jalan ke kota.

        “Baiklah.. hari Valentine dikota semarak yah? Dimana-mana ada pasangan.” Ucap Nara.

        “Tentu saja, dan kita pun menjadi salah satunya..”

        Ucapan Rendy membuat mereka tertawa dan bergandengan tangan melanjutkan keliling kota.

♪♣♪

Chapter 3

        Mereka sudah puas berkencan dikota dan sekarang duduk disalah satu bukit yang ada dikota. Angin sepoi-sepoi bertiup dan mereka sedang menikmati matahari terbenam.

        “Nara” panggil Rendy.

        “Ya?” jawab Nara tanpa mengalihkan perhatiannya dari pemandangan indah sore itu.

        “Aku punya hadiah Valentine untuk mu..” ucapan Rendy membuat Nara mengalihkan perhatiannya ke arah Rendy.

        “Sungguh? Waw! Kamu tau, kamu tidak perlu beri hadiah lagi. Kencan hari ini sudah ku anggap jadi hadiah Valentine terbaikku.”

        Rendy menggelengkan kepala dan berkata, “Tidak Nara, aku akan memberimu hadiah yang lebih spesial.” Kemudian dari balik jaketnya dia mengeluarkan sebuah pita merah dan sebuah kotak. Nara memasang muka tanda tanya.

        “Sekarang lepaslah pita dirambutmu itu.” Ucap Rendy. Nara pun mengikuti, dia melepas pita yang menghiasi kunciran rambutnya. Pita merah lusuh , hadiah pertama Rendy.

        “Dulu, aku hanya bisa memberimu pita lusuh, sekarang ku berikan pita baru untukmu.”

        “Tidak, Rendy. Semua hadiah darimu itu istimewa.”

        “Kemarilah, biar kupasangkan pita baru ini,” kemudian Rendy pun mengikatkan pita pada kunciran Nara.

        “dan..” lanjut Rendy, dia kemudian membuka tutup kotak hitam yang tadi dikeluarkannya. Didalamnya terdapat sebuah kalung. Kalung dengan bandul bertuliskan nama Nara. Nama lengkap Nara, Naraini. Titik pada huruf i bertahtakan berlian.

        “Cantik sekali,” puji Nara, “Ini untuk ku ya?” Nara mendongakkan kepala dan menatap Rendy yang menggangguk kepadanya.

        “Biar kupasangkan,” dan dengan cekatan Rendy mengalungkan kalung tersebut dileher Nara, kemudian memeluk Nara dari belakang. Nara terlihat menikmati pelukan itu.

        “Nara.. “ panggil Rendy. Narapun mengangkat kepalanya yang berada didada bidang Rendy, dan melihat Rendy.

        “Boleh aku menciummu?” Tanya Rendy ragu. Nara terkejut dengan pekataan Rendy. Namun ia senang.

        “Tentu saja boleh, Rendy.”

        Kemudian mereka pun berciuman dengan latar matahari yang telah terbenam dua pertiga nya.

♪♥♪

Valentine Pertama

        “Hari ini aku sangat senang…” Ucapku sambil tersenyum lebar dan kemudian menoleh memandang kekasihku, Rendy.

        “Kalau kau senang, aku pun begitu.” Balas Rendy dan manatapku dengan penuh kasih.

        Saat itu kami dalam perjalanan pulang dari kuil. Didesa kami sebuah kebiasaan mendatangi kuil dan memanjatkan doa, harapan, permintaan pada malam Kasih Sura. Sura adalah Dewi Kami, dan besok adalah hari pelimpahan Kasih Sura dan di kota biasanya disebut “Valentine Day”.

        Aku sedang menikmati semilir angin yang bertiup ketika Rendy tiba-tiba bersuara.

        “Nara..” Panggil Rendy, “Aku ingin mengatakan sesuatu..” Ucap Rendy tiba-tiba dan dia berhenti berjalan.

        Dan akupun ikut berhenti dan berbalik menghadapnya kami masih bergandengan tangan, “Ya?”, Wajah Rendy terlihat cemas dan kemudian berbagai macam emosi berbaur diwajahnya sampai-sampai aku tidak tau apa emosi yang terpatri diwajahnya  yang tampan.

        “Kau ingat bagaimana pertemuan pertama kita?” Tanya Rendy hati-hati. Aku tertawa kecil mengingat memori hari pertama kami berjumpa yang sekarang memenuhi pikiranku.

        “Ya.. Kau tergeletak di tangga kuil, dan kelaparan. Saat itu aku sedang berdoa dikuil agar test akademi lanjutanku lulus. Kebetulan saat itu aku membawa makanan yang kubuat saat praktek pkk, hihihi…”

        “Lalu kamu masih ingat, saat aku menyatakan perasaan ku?”

        “hmm,” senyum masih menghiasi wajah Nara yang cantik jelita.”Aku masih ingat kala kita janjian bertemu di anak tangga saat dimana kita pertama kali berjumpa. Kemudian disana kamu menyatakan cinta. Kamu tau , betapa senangnya aku saat itu ketika kamu bilang jatuh cinta pada pandangan pertama..” cengiran lebar menghampiri wajah Nara.

        Tapi ekspresi Rendy tetap datar, dan cengiran Nara menguap begitu saja.

        “Ada apa? Jangan bilang kamu ingin putus denganku..” Nara panik.

        “Tidak, tidak, tidak.. kamu takdirku Nara.. hanya, aku yang sekarang tidak layak..” Ucap Rendy dan wajahnya mengumbar ekspresi sedih.

        “Kumohon.. Jangan tinggalkan aku..” Nara mulai menangis. Jari Rendy membelai pipi Nara dan menghapus air mata yang  menuruni pipi mulus Nara.

        “Tidakkah kamu penasaran dengan latar belakang ku? Yang sama sekali ku ungkit? Padahal aku kenal semua tentang mu. Apalagi kita sudah 1tahun manjalin kisah cinta..” Tanya Rendy, kemudian tangannya memegang kedua tangan Nara dan mendekapnya dibalik sepasang tangannya yang besar dan hangat.

        “Aku yakin suatu saat kamu akan bercerita.”

        “Sekarang.. aku akan memberitahumu, Nara.. tapi aku ingin menegaskan satu hal, Aku sangat mencintaimu, Nara, kamu pasti gadis yang ditakdirkan untukku.”

        “dan…” Rendy menyentuhkan telunjuknya dibibir Nara, membuat Nara tidak jadi menyela.

        “Jangan menyela, Nara.. biarkan aku menyelesaikan apa yang aku mulai..

        Selama ini aku selalu menghindar jika ditanya perihal tentang keluargaku.. aku bukannya tak mau jawab.. tapi bingung apa yang akan ku jawab.. karena keluargaku sudah tiada sejak 170tahun yang lalu” Rendy melihat ekspresi kebingungan dimuka Nara walaupun Nara berusaha menyembunyikannya.

        “Aku bukan manusia biasa, lebih tepatnya aku manusia penjaga. Aku menyimpan energi penjaga kuil dalam tubuhku membuatku tidak akan menua dan perkembangan tubuhku terhenti.

        Selama ini aku menjaga kuil dari roh-roh jahat dan para siluman yang ingin memakan hawa suci dan aku juga menjaga agar rumah mulia Dewi Sura tetap bersih dan suci.” Kini kebingungan diwajah Nara tidak dapat disembunyikan lagi. Hati Rendy merasa sakit, tapi ia tau ia harus mengatakan hal ini, ia sudah bertekad.

        “Setiap penjaga diberi waktu 150tahun untuk menjaga dan kemudian diganti oleh generasi selanjutnya. Aku sudah menjaga selama 170tahun yang artinya sudah lewat 20tahun. Sudah waktunya aku mencari pengganti. Dan kemarin aku menemukannya.

        Tetapi, aku bisa menjaga tempat ini untuk 130tahun lagi. Hanya jika penggantiku kalah dalam duel pelepasan, pertarungan, dan pembauran, dalam duel ini, ‘Pelepasan’ adalah saat kami melepas raga manusia dan menjadi raga binatang yang menjadi simbol roh kami. Dalam ‘Pertarungan’ adalah saat kami bertarung demi mempertahankan eksis kami. Saat ‘Pembauran’ adalah saat yang menang akan membaur dengan roh penjaga dan yang kalah akan diberi waktu satu hari untuk menyelesaikan segala urusannya dan kemudian membaur dengan yang berada di-Junjungan.” Ekspresi kebingungan itu memancar dengan jelas di wajah Nara.

        “Aku sangat membenci takdir ku ini.. aku menjadi penjaga karena ketidak-sengajaan. Aku membunuh penjaga sebelumnya hanya untuk pelampiasan karna amarah bertengkar dengan keddua orang tuaku…” Rendy hendak melanjutkan ketika semak-semak dibelakangya tiba-tiba bergemerisik. Ia segera membalikkan badan, bersikat protektif melindungi Nara dibelakang tubuhnya. Nara pun ikut-ikutan memandang kearah pandang Rendy.

        “A..apa dia siluman atau roh-roh jahat?” bisik Nara ketakutan.

        “Bukan, dia penjaga selanjutnya. Namanya Amor,” bisik Rendy.

        “Tapi dia terlihat jahat!”

        “Ia dilatih dari kecil untuk membasmi siluman dan roh-roh jahat, sehingga membuatnya terlihat jahat! Percayalah di hari biasa ia bisa bercanda ria denganmu..”

        “Tapi, kenapa malam ini tidak?”

        Sepertinya Amor mendengar percakapan mereka karena tiba-tiba ia menyela.

        “Halo, kakak.. dan selamat malam.. ku lihat engkau sudah menceritakan kisah mu kepada kekasih manusiamu! Salam kenal kakak ipar! Ahahahhahaha… apakah kakak sudah siap?” ucap Amor dan seringai lebar memenuhi wajahnya.

        “Siap? Siap untuk apa?” Nara bersuara. Amor kemudian menatap Nara. Tatapannya biasa saja tapi orang yang ditatanya menjafdi ciut, danitu yang terjadu pada Nara.

        “Kau belum memberitahunya, kakak? Bahwa mala mini malam suci duel Pelepasan, Pertarungan dan Pembauran?”

        Rendy dapat merasa tubuh Nara tersentak dan kakukemudian rileks lagi.

        “Kau mengganggunya Amor.” geram Rendy, “menjauh dari sini.” bisiknya pada Nara.

        “Tapi…” Nara tak jadi melanjutkan perkataannya. Ketika ia mendengar suara gemuruh dan Amor mendadak berubah menjadi Anjing besar berbulu abu-abu. Nara kemudian merasakan Rendy mendorongnya lebih kebelakang dan kemudian Rendy berubah menjadi anjing yang lebih besar dan bewarna hitam pekat.

        Nara terkesiap dalam wujud anjing pun Rendy tampak mempesona dimatanya. Kemudian mereka mulai melakukan pertarungan, saling menggigit, melempar, mencakar. Nara lebih banyak mengeluarkan pekik tertahan. Dan ia seperti merasakan sakit yang dirasakan Rendy ketika ia digigit, dicakar, ataupun dilempar. Kemudian Nara melihat ekor Amor memanjang dan siap melempar Rendy, namun Rendy lebih cekatan dan ia menghindar dengan sukses, namun tidak dengan Nara. Ia terkena sabetan ekor Amor. Dan dia berteriak kencang. Tubuhnya serasa remuk menghantam pohon besar di dekatnya. Teriakannya membuat konsentrasi Rendy pecah dan ia segera berballik melihat keadaan Nara. Dan Amor tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ekor nya yang masih memanjang ditusuknya ketubuh Rendy, tepat dijantungnya, tempat persemayaman roh penjaga.

        “Bertahanlah,.. Na..Nara.. kekasihku..” dan Rendy dalam sosok menusianya tumbang. Kemudian semua menjadi gelap!

♪♠♪

Cactus : I’ll always be with you, Boy

Title                 : “Cactus : I’ll always be with you, Boy.”

Author             : Yuyuz Ajah (@yuz_yga)

Main Cast        : Kwon Ji Yong

                          Aku (OC)

Other Cast       : Yeoja (OC)

                          Dong Young Bae

Length             : One Shoot

Genre              : (bingung termasuk genre apa -____-a)

Rating             : T

Warning          : Gaje, Typo(s), ada kata kasar yang tidak disensor, de el el

Disclaimer       : Alur nd Plot cerita serta OC adalah milik saya. Sedangkan tokoh adalah milik    Tuhan hehehe. Ini asli pemilkiran saya tanpa mencontek. And please don’t plagiarism ^^

A/N                 : ini ff saya yang (berani) saya post secara umum. Dan ini juga ff saya yang berhasil saya selesaikan *lirik kearah ff yang setengah jalan*. Berhubung saya adalah writer baru, saya mengharapkan komentar masukkan untuk ff saya. Dan maaf kalau ff ini rada gaje dan sudut pandangnya membingungkan #Bow

 

  Happy reading ^^.

~Jangan paksa membaca jika ditengah jalan readers tidak suka dengan jalan ceritanya~

 

 

 

Aku sedang asyik menikmati pancaran sinar matahari sore ketika jam berdentang 4 kali menandakan telah pukul 4 sore. Pikiranku langsung tertuju pada sesosok yang telah merawatku selama ini. Aku hapal semua kebiasaannya, dan jam membantuku menyusun urutan kebiasaannya. Seperti kali ini, pukul 4 adalah waktunya ia pulang kerja, pasti tak lama lagi aku akan mendengar suara pintu dibuka kemudian dia masuk dan selalu paling pertama menghampiriku.

 

Aku masih menikmati cahaya matahari ketika kudengar pintu terbuka, lalu kudengar suara langkahnya disusul suara berdebug pelan, suara tasnya yang dilempar ke sesuatu yang dinamakan sofa. Aku tau sebentar lagi ia akan mencapaiku dan membawa ku ketempat biasa ia menaruhku. Kemudian aku terangkat dari posisiku sekarang, dibawa kesuatu tempat seperti biasa, tempat ia bisa selalu melihatku, bercerita kepadaku, merawat ku, bahkan berbicara kepadaku walau ia tau aku takkan bisa menjawabnya.

 

“Ahh~ mari kulihat, sepertinya kamu agak kering, aku akan segera kembali membawakan beberapa tetes air untukmu.” Aku mendengar ia berucap. Tak lama kemudian aku merasakan beberapa tetes air membasahiku, aku langsung merasa segar, aku memang sedang kehausan karena terik siang ini begitu panas.

 

Ia kembali mengangkatku, kemudian sambil membawaku ia berjalan kearah sofa dan duduk diatasnya. Ia menimangku, dan bermain-main denganku bagai ia tak takut dengan keadaanku. Ya, keadaanku yang beda dengan kaum ku. Tubuhku jelek, gendut dan berduri, dan aku tidak berwarna warni seperti yang lain, dan juga aku tidak bisa berbunga kecuali jika aku akan mati. Aku selalu di panggil Kaktus jika temannya datang berkunjung dan melihatku.

 

“Apakah kau tau?” Ucapnya memulai cerita rutin kami, ah atau lebih tepat cerita rutinnya aku hanya sebagai pendengar setia. “Tadi aku melihatnya, dan yeoja itu juga melihatku, ia kemudian memberi senyumannya yang kusuka itu. Aku agak canggung membalas senyumnya, tapi kurasa aku memberi senyuman terindahku kepadanya.” Ekspresi mukanya terlihat berseri-seri ketika bercerita. Sudah seminggu ini dia memiliki topik baru, tentang seorang yeoja yang sedang disukainya.

 

Aku suka melihat ia sangat bahagia ketika bercerita tentang seorang yeoja yang tak pernah kulihat tersebut. Walau entah kenapa aku tak suka, jika pria ini, pria yang bernama Kwon Ji Yong bercerita tentang yeoja lain. Ia kembali bercerita, dan aku kembali menjadi pendengar setianya.

 

~*~

 

Jam berdentang 5 kali, yang seharusnya menandakan sudah pukul 5 sore dan memang sudah pukul 5 sore. Sudah 1 jam aku menunggu kepulangan Kwon Ji Yong. Tapi ia tak pulang-pulang. Tak biasanya ia pulang terlambat. Aku terkejut ketika mendengar suara pintu terbuka keras disusul suara ribut tanda ia sedang berlari. Tak lama kemudian ia segera berjongkok di depan jendela, tempat dia meninggalkan ku ketika ia pergi kerja dipagi hari. Ia terlihat kehabisan nafas walau ekspresi mukanya terlihat sangaat senang.

 

“Kaktus!! Tadi aku pulang bersamanya!! Kini aku tau dimana dia tinggal, aaahhhh!! Rasanya senang sekali!” Ucapnya bersemangat. Ia kemudian duduk dibawah jendela dan bercerita tentang kejadian selama dia dan yeoja itu pulang bersama. Aku tak ingin mendengar, tapi aku tak bisa membuat diriku berhenti mendengar ocehannya. Aku merasa sangat marah. Marah kepada yeoja itu. Dia mengambil waktu kebersamaanku bersama Kwon Ji  Yong, pemilikku.

 

~*~

 

Sudah 3 bulan Kwon Ji Yong dan yeoja itu dekat. Dan selama 3 bulan aku harus menahan diri untuk mendengar cerita seputar yeoja tersebut. Dan dalam rentang waktu 3 bulan, ia selalu pulang lewat jam 4, bahkan pernah sampai malam, membiarkan ku kedinginan didepan jendela.

 

Yeoja itu pernah datang kemari sekali. Ia memang cantik seperti penggambaran Kwon Ji Yong, tapi aku semakin tidak suka kepadanya ketika ia mengatakan aku tanaman jelek yang tidak pantas dipelihara. Untungnya Kwon Ji Yong masih menyayangiku dan tak membuangku seperti saran atau paksaan dari yeoja itu.

 

8 dentangan. Aku sudah 4 jam terlalu lama di jendela. Dan aku kedinginan, tapi ia belum pulang. Bisa kutebak mereka pasti pergi ke suatu tempat bermain dan kemudian makan malam bersama. Semakin lama waktu ku dengan Kwon Ji Yong semakin berkurang karena kehadiran yeoja itu. Dan aku semakin, semakin, semakin, semakin membenci yeoja itu ketika Kwon Ji Yong pulang jam 11 malam.

 

~*~

 

  Aku terkejut mendengar suara pintu terbanting kasar. Siapa itu? Tanyaku berkali-kali, tapi yang kulihat disana adalah pemilikku. Seingatku jam baru berdentang 2 kali, mengapa ia pulang secepat ini? Aku merasakan firasat buruk ketika melihat ekspresinya yang sangat sedih. Dan ketika ia melihatku aku merasa ia sedang memikirkan hal lain. Tiba-tiba ia bergerak dan mendekatiku.

 

“Aku … ditolak olehnya.” Ucapnya dengan nada yang terdengar sangat menderita. Aku turut bersimpati. Kebencianku bertambah kepada yeoja itu.

 

“Apakah kau tau apa alasannya? Hahaha” tawanya terdengar mengerikan. Terdengar pilu secara bersamaan. “Alasannyaa..” ia melanjutkan, “Karena ia punya pria idaman lain. Dan mereka baru kemarin jadian.” Nada suara Kwon Ji Yong sangat menyayatku. Jika aku bisa menangis seperti manusia maka aku akan menangis mengantikan dia yang tak bisa menangis.

 

“Aku ingin mati.” Ucapnya tiba-tiba. Matanya menerawang jauh. Aku sangat ketakutan melihatnya seperti itu. Aku tak ingin dia mati. Yeoja sialan itu! Aku akan mengutuknya jika aku bisa! Tapi yang bisa kulakukan hanya menambah kebencianku pada yeoja itu. Seusai mengucapkan itu dia beranjak. Dan selama sisa hari itu dia tak berbicara sepatah katapun kepadaku lagi.

 

~*~

 

Aku bangun dari tidurku ketika kurasakan badanku terangkat. Ah~ ternyata dia sedang memindahkanku ke jendela. Kudengar suara berdentang 5 kali. Baru jam 5 pagi? Apa aku tidak salah? Dia tak pernah bangun sepagi ini. Tapi yang lebih aneh lagi ia tidak meletakkan ku di jendela seperti biasa. Ia mendorong sebuah kursi tinggi mendekati jendela dengan menyisakan sedikit jarak dan meletakkanku disana. Ia jarang meletakkanku seperti ini. Kecuali jika ia akan pergi selama sehari biasanya sih ia akan kerumah dongsaengnya, kalau tak salah namanya Dong Young Bae. Dia pria yang baik seperti pemilikku. Dan tak jarang ketika ia bertandang ia akan melakukan hal yang sama dengan pemilikku. Berbicara padaku.

 

Apakah ia akan menginap dirumah Dong Young Bae lagi? Apakah sesuatu yang bernama game itu bisa membuatnya melupakan yeoja sialan itu? Aku terus bertanya-tanya. Tapi pertanyaan itu tak akan pernah mendapat jawaban.

 

~*~

 

Aku terbangun dengan rasa terkejut karena suara dentang jam. Dengan seksama aku menghitung dentang jam. Pukul 8. Ini adalah waktu dimana biasa Kwon Ji Yong pergi untuk kerja. Tetapi entah kenapa aku merasa tidak nyaman, seakan-akan suara dentang itu bergema dan menggetarkan seluruh duriku. Aku merasakan firasat buruk ketika aku tiba-tiba teringat pada Kwon Ji Yong. Apa yang ia lakukan selama 3 jam diluar? Berbagai pertanyaan berputar di pikiranku sehingga tanpa sadar aku tertidur.

 

~*~

 

Sudah 2 hari aku menunggu Kwon Ji Yong pulang. Tapi ia tak kunjung pulang. Ia tak pernah membiarkanku sendiri lebih dari 1 hari. Biasa ia akan membawaku turut serta jika ia punya rencana pergi lebih dari 1 hari. Hari ini seharusnya  jadwal ku di beri minum dan aku sudah sangat kehausan. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, aku sangat senang mendengar itu. Dan tidak sabar menunggu ia menyiramku dengan beberapa tetes air sambil bercerita kepadaku. Tapi perasaan itu meluap ketika dari balik dinding pembatas antara pintu dan ruang tamu yang muncul adalah Dong Young Bae, bukan Kwon Ji Yong. Tatapannya terlihat sangat sedih, ia mengedarkan pandanganya keseluruh ruangan pelan, kemudian pandangannya terhenti kearahku. Ia tersenyum, senyuman sedih. Kemudian dengan pelan berjalan kearahku, aku setengah berharap Kwon Ji Yong akan muncul di belakangnya sambil tertawa lebar. Sebuah kalimat terus terputar ulang ketika Dong Young Bae dengan wajah sangat sedih sekaligus kusut berdiri di depanku.

 

Aku ingin mati. Aku ingin mati.

 

Dong Young Bae duduk dihadapanku, setetes air matanya jatuh dari matanya. Sambil menatapku ia berbisik,

“Pemilikmu, ia meninggalkan mu sendiri. Dia… Kwon Ji Yong-hyung telah meninggal.”

 

~*~

 

Aku tidak tau bagaimana cara aku melewati sisa hari itu. Tapi yang paling jelas adalah aku terus memikirkan namja itu. Bagai sedang menonton film, kenangan antara kami terus berputar dipikiranku.

 

~*~

 

Aku mendengar suara pintu terbuka, hari masih cukup pagi, walau aku tak tau pukul berapa sekarang karena aku tidak memerhatikan dentang jam lagi. Kemudian aku mendengar suara orang berdebat. Salah satu suara kukenali sebagai suara Dong Young Bae. Tapi tidak dengan suara satunya lagi, suara itu milik seorang yeoja.

 

“Young Bae-ssi, saya tidak tau apa maksud anda membawa saya kemari. Bisa tolong jelaskan?” Terdengar suara yeoja tersebut.

 

“Sudah kukatakan bukan, bahwa hyung menginginkan ku untuk memberi sesuatu yang berharga baginya kepadamu.” Jawab Dong Young Bae. Kemudian aku melihat dia muncul dari balik dinding.

 

“Ya, ya, ya, kau sudah mengatakan itu berkali-kali. Tapi yang aku maksud itu, untuk apa memberiku barang berharga?” Formalitas dalam ucapan yeoja itu meluntur, dan Dong Young Bae berbalik menatapnya. Yeoja itu tidak dapat kulihat dengan jelas, karena sebagian wajahnya tertutupi oleh dinding, tetapi samar-samar aku mengingat bentuk tubuh itu. Aku berpikir keras ketika sebuah bayangan melintas. Bersamaan dengan itu yeoja tersebut maju mendekati Dong Young Bae.

 

“Apa? Kenapa menatapku seperti itu?” Terselip nada kesal di ucapannya, tapi aku mendapat kepastian siapa yeoja itu. Yeoja itu… yeoja yang telah merenggut Kwon Ji Yong dariku. Untuk apa membawanya kesini?? Memberi barang berharga? Barang berharga apa?

 

Dong Young Bae berhenti menatapnya kemudian berjalan kearah ku.

Chankamman, Chankamman. Aku gusar. Ketika Dong Young Bae mengangkatku dan membawaku mendekati yeoja itu.

 

“Ini. Sesuatu yang berharga milik hyung. Dia ingin anda merawatnya menggantikannya.” Jelas Dong Young Bae kemudian langsung berbalik menuju keranjang peralatan merawatku yang ia letakkan diatas meja dapur kemarin.

“Mwo?” terdengar nada tidak percaya dari yeoja tersebut. “Kenapa harus aku? Tidak bisakah kau yang merawatnya?” Jelas-jelas ia tak dapat menerima fakta bahwa dia harus merawatku. Jangankan dia, aku saja tidak bisa menerima. Kenapa harus yeoja ini yang merawatku? Kenapa tidak Dong Young Bae saja?

 

“Anda perempuan, selain itu anda juga pasti lebih telaten dari saya. Dan yang paling penting, hyung telah memintaku secara khusus melalui pesannya. 1jam sebelum kecelakaan.” Jelas Dong Young Bae. Sesaat suaranya terdengar bergetar.

 

1 jam sebelum kecelakaan? Apakah dia tau dia akan mati? Atau dia memang telahmerencanakan kecelakaan ini?

 

Dong Young Bae meletakkan ku didalam keranjang dan mengangsurkanku ketangan yeoja jahat ini. Yeoja itu menerimanya walau ia terpaksa kemudian langsung pergi sambil membawaku meninggalkan rumah Kwon Ji Yong. Rumahku.

 

~*~

 

“Kau benda terjelek yang pernah ku lihat! Kenapa sih dia memberikannya kepadaku? Apa maksudnya? Haiss, kalau tau begini aku tidak akan menggunakannya untuk membuat cemburu chagi-ku.” Ia terus berceloteh selama perjalanan. Aku tak begitu memperhatikan apa yang ia celotehkan, tapi perkataan terakhirnya membuatku terusik.

 

Menggunakan? Apa maksudnya? Apa ia memanfaatkan Kwon Ji Yong?

Membuat cemburu changi-ku? Apa itu artinya benar dia telah memiliki pria idaman lain?

 

Tak lama kemudian aku sampai di rumah dia. Begitu masuk rumah, ia langsung berjalan memasuki sebuah ruangan yang dapat ku asumsikan adalah kamarnya. Kemudian dia mengeluarkan ku dari keranjang.

 

“Auw!” pekiknya. Kurasa tangannya dengan ceroboh telah tertusuk di duri ku. Ya, aku sangat senang akan hal itu, apalagi mendengar ia mengeluarkan beberapa umpatan terhadapku. Berusaha untuk kedua kalinya ia berhati-hati mengangkatku takut akan tertusuk lagi. Ia meletakkan ku di sebuah jendela disamping lemari.

 

“Kau kuletakkan disini supaya aku tidak melihatmu ketika aku bangun pagi dan ketika aku membuka lemari kau akan terhalang oleh lemari. Selain itu ini juga tidak akan terlihat jika aku sedang bekerja di meja kerjaku.” Ucapnya dengan nada yang penuh kebencian.

 

Ya, sama, aku juga tidak ingin melihatmu setiap saat. Aku menjawab walau aku tau dia tidak akan pernah mendengar.

 

~*~

 

Sudah 5 hari aku tinggal dirumah yeoja jahat ini. Awalnya aku senang karena tidak melihatnya mengingat posisiku agak tertutup, tapi mulai cemas ketika aku menyadari, aku membutuhkan yeoja sialan itu untuk memberiku asupan air. Aku sangat kehausan sekarang, sampai-sampai aku berhalusinasi merasakan sesuatu berbeda di tubuhku.

 

Sesuatu bergerak didalam tubuhku. Dan itu membuatku takut.

 

~*~

 

Aku terbangun dengan perasaan terkejut melihat pantulanku di kaca jendela. Sesuatu menempel ditubuhku. Tetapi aku mulai menyadari apa itu ketika kulihat ia bukan menempel, melainkan tumbuh. Bunga. Aku tidak tau aku bisa berbunga. Tapi aku tau apa penyebabnya. Kwon Ji Yong pernah mengatakan bahwa jika Kaktus berbunga itu pertandakami akan mati, dan menarik perhatian dengan bunga sehingga seseorang akan bergerak untuk menyiram kami.

 

Ah~ ternyata begini efek tidak minum selama 6 hari. Tiba-tiba aku mendegar suara menguap. Aku tau itu suara yeoja itu, ia selalu menguap dengan keras dipagi hari. Kemudian kurasakan ia berjalan mendekatiku.

 

“Eiuh! Apa ini? Benda jelek ini berbunga? Yang benar saja?” Ternyata bungaku menarik perhatiannya. Ia mendekatkan tangannya dan mencabut kasar bungaku. Rasanya sakit karena bagian diriku tercabut dengan kasar. Tapi aku mendengar ia mengerang.

 

“Dasar benda sialan!” makinya. Kulihat salah satu jarinya berdarah dan disana terancap duriku. Tiba-tiba ia membuka jendela tempat aku mendekam dan mendorongku. Ia membuangku. Dan ia melemparku lewat jendela kamarnya yang berada di lantai 2. Saat jatuh aku dapat melihat bungaku melayang diatasku, mengikutiku jatuh ke tanah.saat itu aku tau apa yang pasti terjadi padaku.

 

~*~

 

Aku merasa kesadaranku menipis. Mungkin ini saatnya aku akan mati. Ya. Mati. Ketika jatuh potku pecah berkeping-keping, tanah yang menjadi sumber kehidupanku berhamburan. Sebagian akarku tidak tertutupi tanah merasakan langsung udara dingin malam hari.

 

Kwon Ji Yong

 

  Nama itu terus kulantunkan semenjak aku dibuang. Dan kali ini aku kembali memanggilnya.

 

Kwon Ji Yong. Kwon Ji Yong. Dimanapun kau berada, bisakah kau membisikkan tempat kau berada sekarang kepadaku? Aku ingin kembali berada disampingmu. Aku ingin kembali mendengar ceritamu. Aku ingin setia bersamamu selamanya. Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi. Tolong, tolong terima aku kembali disisimu. Tolong bisikan dimana tempatmu berada sekarang.

 

Tiba-tiba angin berhembus kencang, membalut tubuhku. Aku tidak merasakan apa-apa, walau aku tau itu angin musim dingin. Tapi aku senang ketika angin itu melewatiku. Aku mendengar sebuah melodi yang dibawakan angin itu kepadaku. Ya, melodi indah. Aku merasa sesuatu terjatuh di tubuhku, kemudian menyadari bahwa itu adalah salju.

 

Salju pertama di tahun ini. Samar-samar kulihat bayangan pemillikku dilangit. Ia tersenyum kepadaku kemudian mengulurkan tangan kepadaku. Aku merasa terbang kearahnya. Salju menembus tubuhku bersamaan dengan aku mendekatinya.

 

Kita kembali bersama, Kaktus-ku. Ku dengar ia berbisik.

 

### The End ###

 

Gmna readers? Mengecewakan? Bagus? Ato kurang? Tapi saya mau mengucapkan terima kasih buat yang udah baca ff ini sampai abis #Bow saya ga memaksakan untuk komentar tapi saya kan sangat senang jika ada yang mau berkomentar XD sekali lagi kamsahamida buat readers sekalian #BowAgain ^^

 

Last Valentine Ketika selamanya tak dapat dipertahankan.. dan ketika selamanya terenggut, sebuah kehidupan menjadi korban. Kehidupan yang dipermainkan oleh sesuatu bernama takdir. Dan ketika ‘selamanya’lah yang merubah segalanya dan kehilangan sebuah kehidupan.

31Januari

Dear diary,

Semalam aku mimpi. Mimpinya mengerikan.. dimimpi itu aku melihat pacarku, Alex sedang berlari seperti sedang mengejar sesuatu. Dan tempat dia berlari adalah jalanan dekat rumahku. Aku tidak tau apa yang Alex kejar sampai ia sangat terburu-buru hingga tidak melihat lampu lalu lintas, dan sesuatu yang buruk terjadi.. Alex tertabrak dan … mati. Hal terakhir yang ku ingat sebelum bangun adalah , aku berteriak!

                                                                            ###

1 Februari

“Alex!” Panggil Mia ketika melihat dia didepan pagar rumahnya. Alex membalas panggilan Mia dengan senyumannya yang mempesona.

“Morning, dear..” Sapanya ketika Mia sudah disampingnya.

“Morning too,” Balas Mia ceria. Pagi itu seperti pagi-pagi biasanya, mereka berangkat bareng menuju sekolah. Sekolah mereka cukup dekat, hanya butuh 15menit  berjalan kaki dari rumah Mia. Mereka selalu menikmati waktu-waktu yang dihabiskan mereka setiap pagi itu. Cuaca cukup dingin karena mulai mendekati musim gugur.

Mia dan Alex sudah pacaran cukup lama, mereka sudah menjalin kisah mereka selama 2,5 tahun. Mereka pasangan yang sangat cocok, walaupun Alex lebih tua setahun dari Mia. Status mereka cukup terkenal di sekolah,dan sudah dipastikan akan hidup bahagia selamanya. Hidup makmur sentosa. Bagaimana tidak? Alex Sham seorang putra sulung dari direktur sebuah perusahaan parfum terkenal, bukan hanya tajir tampangnya yang berada diatas rata-raata membuatnya banyak digemari adik-adik kelas. Sedangkan Ramiana Visky merupakan satu-satunya putri keluarga Visky yang terpandang dikota mereka dan Mia tentu saja sangat cantik, walau tau Mia telah memiliki Alex, Mia tetap saja selalu menerima surat cinta dari penggemarnya.

Sesampainya di sekolah mereka berpisah karena berbeda tingkatan, kelas Mia berada di lantai 2 sedangkan kelas Alex berada dilantai 3.

“Nanti pulang bareng?” Tanya Alex.

“Tentu saja!” Jawab Mia cepat.

“Baiklah, kalau begitu tampat biasa ya.” Selesai berkata Alex segera mencium kening Mia dan langsung pergi membuat Mia melu setengah mati.

Setelah itu Mia segera masuk ke kelasnya dan dia langsung menuju bangkunya, didekat bangkunya sahabat-sahabatnya talah menunggunya.

“Pagi!!” Sapa Mia semangat.

“Ciee.. yang uda semangat pagi-pagi” Goda Rana, sahabat Mia yang paling centil. Karena Rana lah Mia dan Alex menjadi sepasang kekasih sampai saat ini.

“Ntah tuh.. mentang-mentang uda dapat suntikan semangat di pagi yang dingin ini, “ Sambung Vika, sahabat Mia yang lain yang paling ‘puitis’.

“Aduh.. apaan sih.. jahat deh kalian menggoda aku begitu” Ucap Mia tersipu

“Waduh gawat, Vi! Mia tersipu malu tuh,, hihihi” ucapan Rana membuat Mia tersipu alhasil Mia beberapa kali memukul kecil kedua temannya tersebut.

“Eh, Mi, bentar lagi valentine kan.. kamu mo kasih apa ke Alex?” Tanya Rana

“Oh iya ya.. Aku lupa! Emm belum kepikiran sih,, masih 2 minggu juga.” Jawab Mia

“2 minggu itu cepat lohh.” Tambah Vika

“Emm, nanti kupikirkan dehh.. “ Ucap Mia

“Yeee… sekarang dong, aku kan pengen tau,” Ucap Rana

“Ga mau ah, soalnya pak guru uda datang tuh,” Tandas Mia, melihat kedatangan guru mereka Rana dan Vika segera kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

 

                                                                            ###

10 hari kemudian…

11 Februari

“Alex!” Panggil Mia kesal, masalahnya dia sudah panggil Alex untuk kesekian kalinya, tapi Alex malah tidak menoleh sama sekali.

“Hah?! A.. Apa?” Alex tergagap karena terkejut dengan suara Mia yang lumayang kencang.

“Kamu kenapa sih?? Akhir-akhir ini kalo aku ajak ngomong kamu suka ga fokus.” Ucap Mia kesal.

“Sorry, aku ngantuk banget, jadi ga fokus,” Jelas Alex

“Selalu itu jawabannya! Sekarang kalo ku ajak kencan juga ga mau, kamu uda bosen sama aku ya?” Ucap Mia marah. Beberapa hari ini memang Alex terkesan cuek, padahal valentine tinggal beberapa hari lagi dan dia sudah berancana tukar kado dengan Alex, tapi Alex malah membuatnya kesal.

“Aduh Mia, suara kamu kecilin dong, kan malu..” Ucap Alex menenangkan

“Gak! Sebelum kamu jelaskan kenapa kamu belakangan ini sering ngantuk!” Mata Mia terasa panas, dan mulai berkaca-kaca. Ia sanagt berharap Alex menjawab pertanyaannya, tapi dilluar dugaan Alex malah memalingkan mukanya dan diam seribu bahasa.

“ALEX SHAM!! Pandang aku dan jawab aku!!” Suara Mia mulai tidak terkontrol, dia sudah tidak tahan lagi.

“Mia, tolong tenang,” Alex mencoba memegang bahu Mia, tapi tangan nya ditepis Mia dengan kasar

“Jawab pertanyaan aku!”  Paksa Mia

“Sorry, Mi aku ga bisa jawab” Jawab Alex tanpa memandang Mia.

Alex tau jika ia memandang Mia ia akan mengatakan yang sebaenarnya, dan ia tak mua usahanya untuk membuat surprise kepada Mia gagal. Tapi jawaban Alex malah membuat Mia semakin marah dan berlari meniggalkan Alex airmatanya tidak terbendung. Dia mendengar Alex memanggilnya di belakang, tapi ia terus berlari sampai di rumahnya, ditutupnya pagar rumahnya tepat di depan muka Alex dan Mia langsung berlari masuk. Sedangkan Alex berdiri terpaku di depan pagr rumah Mia, memandang sendu ke punngung Mia yang menjauh.

                                                                            ###

13 Februari

Sudah 2 hari Mia tidak berbicara dengan Alex. Ia masih marah dengan Alex. Dan Alex juga tidak pernah menghubunginya sejak saat itu. Ia memang marah pada Alex tapi ia juga rindu terhadap cowok yang telah dicintainya selama 2,5 tahun tersebut, namun harga diri Mia mengalahkan rasa rindu yang mulai menyiksa.

Siang  ini, Rana dan Vika mengunjungi Mia yang hari ini tidak masuk sekolah karna tidak sanggup bertemu Alex nantinya disekolah.

“Mi, bicaralah pada Alex.” Vika memulai pembicaraan

“Ngga! Kenapa harus aku? Seharusnya dia mencari ku! Dia tidak menjawab pertanyaanku,” Balas Mia marah

“Kenapa dia harus menjawab pertanyaan mu?? Kan hak dia untuk tidak menjawab, siapa tau itu urusan keluarganya. Kamu kenapa sih Mi? Kok jadi sensitif, ingat ga waktu kamu lagi ada masalah dan ga bisa cerita ke Alex, dia mengerti kok, dia tidak marah dan kekanak-kanakan seperti kamu.” Ucap Rana panjang lebar

“Kok kamu bela dia sih, Ran! Kamu dibayar berapa sama dia? Sahabat kamu itu dia atau aku, Ran?” Tanya Mia bertubi-tubi. Namun dalam hati dia membenarkan apa yang dikatakan Rana

“Aku ga bela dia, Mi.. aku bicara fakta. Dan aku tidak dibayar, walaupun dia meminta pun aku tidak memungut bayaran.  Justru karena sahabat makanya kau bicara, kalo engga ya kubiarkan kamu, kalo aku bukan sahabat kamu, bisa aja aku merebut Alex. Tapi aku ga sajahat itu, Mi.. aku tau kamu kangen sama Alex, mengakulah..” Ucapan Rana membuat pendirian Mia goyah dan dia menangis sekencang-kencangnya di pelukan Vika malampiaskan apa yang menyesak hatinya selama 2 hari ini.

 

Mia telah berjam-jam mengamati hpnya. Dipelototinya nomor Alex di phonebook. Walaupun sudah hapal tapi Mia rasanya tidak sanggup menekan nomor Alex, makanya dia mengandalkan nomor Alex yang tersimpan di phonebook nya. Tapi ia tidak punya kebranian untuk menelepon Alex. Berkali- kali ia menekan tombol call, tapi berkali-kali juga ia langsung menekan tombol end. Ia merasa frustasi, ia sudah berjanji pada Rana dan Vika untuk minta maaf, siang tadi Rana dan Vika sudah menjelaskan alasan Alex mengantuk. Itu di sebabkan Alex keerja pruh waktu. Ia memang tidak memberitahu Mia karena gaji hasil kerjanya itu akan dibelikan sebuah cincin untuk Mia. Tapi tetap saja Mia tidak punya keberanian untuk menelepon Alex.

Setelah Rana dan Vika pulang, hari mendadak hujan sehingga cuaca menjadi sangat dingin. Mia sendiri kedinginan sehinnga menyalakan pemanas ruangan dikamarnya. Jam menunjukkan pukul 15.00 dan Mia memutuskan keluar kamar menuju ruang tamu. Entah kenapa ia ingin ke ruang tamu duduk disofa empuknya menenangkan dirinya. Baru saja ia akan duduk ketika bell rumahnya berbunyi, disibaknya tirai jendela dan terkejut melihat Alex berdiri di depan pagarnya. Kehujanan dan kedinginan. Ia segera berlari keluar tanpa berpikir untuk mengambil payung. Yang ada dipikirannya adalah Alex. Ia berlari melintasi jalan setapak, dan ia ceroboh menginjak genangan air dan terpleset. Dan sesuatu berkelebat di pikirannya. Mimpinya 2 minggu lalu membayangi pikirannya dan hal itu membuatnya takut dengan gerakan cepat ia berdiri dan membuka pagar untuk Alex.

“Mia, mana yang sakit??” Tanya Alex ketika langsung melihat Mia. Seketika rasa bersalah menyerang Mia. Ia merasa bersalah, Alex masih sayang padanya.

“Tidak apa-apa, ayo cepat masuk biar ku bawakan handuk dan minuman hangat.” Ucap Mia

“Lex, kamu kekamar aku aja dulu aku menyalakn pemanas ruangan disana.” Kata Mia. Alex langsung menuju kamar Mia tanpa mengucapkan apa-apa. Hal itu membuat Mia sedikat heran, tapi dia tidak menanggapinya, disambarnya hpnya yang tadi diletakkan di meja yang berada di ruang tamu, dnegan segera dia menuju dapur yang tembus ke tempat cucian. Diletakkan hpnya diatas meja makan dan segera menghampiri pembantunya.

“Bi, minta handuk bersih 2.” Ucap Mia. Pembantunya terkejut melihat Mia kebasahan segera menuju ruang mencuci dan memberika 2 helai handuk kepada Mia

“In..” Belum sempat pembantunya bicara Mia telah melesat pergi setelah sebelumnya diminta untuk menyiapkan minuman hangat 2 gelas.

Dikamar dilihatnya Alex sedang melamun. “Lex..” Panggil Mia pelan. Alex segera menoleh dan melihat wajah sedih Alex membuat Mia menangis.

“Mia, sorry..” Alex ingin menjelaskan tapi segera dihentikan oleh Mia. Mia mendekat dan mengeringkan Alex yang basah. Mia juga basah namun dia tidak merasa kedinginan. Dia lega setelah melihat Alex, dia bertekad untuk minta maaf ketiak mereka telah berganti pakaian yang hangat dan meminum pakaian yang hangat. Tanpa sengaja Mia melihat tangan kanan Alex yang mengepal.

“Lex, buka tangan mu, biar ku lap sebentar.”

“Tidak bisa” dilihatnya Alex yang menatapnya seakan-akan dia tiak akan melihat Mia lagi. Mia yang luluh terhadap tatapan itu pun tidak bertanya apa-apa. Seandainya dia memaksa Alex, maka dia akan tau kenyataanya lebih cepat. Namun ia tidak sedang ingin berdebat dengan Alex.

“Tunggu sebentar biar kuambilkan minuman hangat dan pakaian hangat.” Ucap Mia dan pergi menuju dapur.

Sesampainya di dapur dilihatnya pembantunya sedang gelisah. 2 gelas minuman hangat berada di nampan yang di letakkan di atas meja makan bersebelahan dengan hp Mia.

“Loh, bi.. kenapa tidak diantar?”

“Anu, non.. “ wajah pembantunya terlihat pucat dan.. takut?

“Kenapa?”

“Anu.. tadi non bicara sama siapa di kamar?? Kenapa handuknya tidak dilap ke tubuh non? Malah membasuh udara kosong??” Perkataan pembantunya membuat Mia heran.

“Aduh, bi! Jangan buat takut ah..” Ucap Mia berusaha tersenyum dia mendekati meja makan dengan maksud mengambil minuman hangat.

“Kan ada Alex didalam. Masa ga liat sih bi?”

“Ga ada non.. non tadi bicara sama udara makanya bibi takut dan balik ke dapur lagi.”

“Ahh.. ada Alex kok.. bibi ini, jadi yang saya lap tadi siapa? Tadi kan bel rumah berbunyi.. itu Alex datang”

“Tadi bel gak bunyi.. Kalo bunyi mah bibi langsung bukain pintu.”

“Loh jadi tadi?..” Mia mendadak berhenti bicara. Ia kembali teringat dengan mimpinya yang tadi sempat teringat kembali ketika ia jatuh. Ia segera berbalilk badan ingin cepat-cepat menuju kamarnya ketika hpnya berbunyi dan nama Rana tertera di hp. Diangkatnya hpnya dan sebuah kenyataan menghantam Mia membuatnya pingsan.

###

“Mi..” Suara Rana terdengar serak

“Napa, Ran? Ada masalah? Suara kamu serak”

“Mi, janji kamu da bakal pingsan ya..”

“Kenapa sih?? Ada apa??”

“…”

“Ran! Buruan! Aku mo nyusul Alex nihh.. dia dikamarku kedinginan karna pas dia kerumah Alex kehujanan.”

“APA?!” Suara Rana terdengar terkejut. “Mia, jangan main-main ah!”

“Kok main-main?? Emang kenapa sih?”

“Mi, kamu bener ga tau?”

“Iya.. Buruan deh..”

“Aku bingung deh.. Aku dapat kabar kalo.. kalo..”

“Kalo apa?”

“Kalo Alex..”

“Kenapa Alex??” Firasat buruk menyelusup diri Mia. Ketakutan menyerang Mia. Dengan hp masih menempel di telinganya dia berlari menuju kamar.

“Alex kecelakaan” kata-kata Rana pas dengan Mia yang sampai didepan kamarnya dan mendapati Alex yang seharusnya disana tidak ada.

Seketika dunia Mia gelap dan dia pingsan.

                                                                            ###

Rasanya Mia tidak sanggup menangis lagi. Ia merasa air matanya telah terkuras habis. Tak habis ia berpikir. Tak habis ia menyesal.

Kenapa aku harus marah kepada Alex?

Kenapa aku tidak bisa jadi pacar yang baik?

Kenapa?

Kenapa harus Alex?

Pikiran Mia yang terakhir terus menggema di hatinya. Air matanya kembali menetes. Ia tidak sanggup menerima kenyataan bahwa Alex… Alex yang ia sayangi pergi. Rencana vanlentine yang ia siapkan menjadi semakin sia-sia.

Valentine. Ditatapnya cincin yang melingkar di jari manis Mia. Ketika kecelakaan itu berlangsung, ternyata Alex sedang terburu-buru menuju rumah Mia. Karena hujan ia salah melihat lampu lalu lintas. Dan sebuah mobil yang sedang melaju menabraknya. Saat itu Alex sedang menggengam cincin yang ia beli. Ia tidak sabar untuk memberikannya pada Mia. Ia genggam erat pada tangan kanannya dimana salah satu jarinya juga memakai cincin yang mirip dengan yang akan diberikannya pada Mia. Namun takdir berkata lain, walaupun ia diberi kesempatan untuk melihat Mia untuk terakhir kalinya dan berhasil menyampaikan pesan terakhirnya.

“Mia..” Sebuah suara menyadarkan Mia dari lamunannya. Ternyata Vika yangmemanggilnya.

“Mi.. kamu yang tabah ya..” Ucap Rana. Saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Mia. Sebelumnya mereka baru saja pulang melayat. 2 jam setelah kecelakaan Alex langsung dikuburkan.

“Mia..” Suara Rana terdengar frustasi

“Ran.. Vi.. kenapa mesti Alex?”  Itu adalah satu-satunya kalimat yang terlontar dari bibir Mia setelah ia sadar dari pingsannya.

“Ini sudah takdir Mi,” Jawab Vika

“Terimalah kenyataan ini, Mia.” Sambung Rana.

                                                                            ###

Malam itu terasa hening. Mia masih sadar. Walaupun jam telah menunjukan pukul 23.45 Mia belum tidur. Ia masih syok. Sejak Rana dan Vika pulang ia terus menerus mengurung diri di kamar. Tak mau makan tak mau minum. Ayah, Ibu dan Abang-abang Mia sedih melihat adik mereka yang terpuruk. Namun mereka tidak bisa mencegahnya, mereka memberi Mia waktu untukpulih dari syok itu perlahan-lahan.

Jam menunjukan pukul 02.05 ketika Mia keluar dari pagar rumahnya. Ia mengenakan sweater yang rencana akan diberikan kepada Alex sebagai hadiah Valentine. Dia berjalan dalam hening menuju tempat dimana Alex mendapat maut. Ia berdiri trotoar cukup lama. Air matanya mengalir.

Alex.. hari ini hari valentine.. tapi kenapa aku sendirian? Kenapa kamu harus pergi disaat aku sangat membutuhkanmu??

Tanpa sadar kaki Mia membawa Mia ke jalanraya, walaupun sudah sangat larut jalanan masi cukup banyak yang berlalu lalang apalagi truk yang lewat. Mata Mia kembali berkaca-kaca membuat pandangannya tidak jelas. Dan dia berhenti di tengah jalan. Ia berniat bunuh diri menyusul Alex.

Jangan, Mia!

Sebuah suara datang persis di depan Mia. Itu suara Alex.

Sementara di salah satu sudut jalan sedan melaju sebuah truk siap-siap berbelok ke jala dimana Mia berdiri.

Jangan, Mia! Mundur!!

“Alex? Alex, kamukah itu?”

Ya ini aku..

“Haa.. syukurlah mereka bilang kamu sudah mati.. ayo kita pulang.” Mia hendak meraih tangan Alex, tapi ia tidak bisa. Hati kecilnya bilang Alex sudah pergi, tapi otaknya tidak mau bekerjasama.

Mia! Mundurlah, hidup lah bahagia walau tanpa aku..

“GAK!! Aku Cuma mau sama kamu, Lex!”

Mia.. suara Alex terdengar frustasi

Tiba-tiba terdengar suara klakson yang terdengar sangat keras dan kejadian itu sangat cepat. Mia tidak sempat menghindar. Alex tidak bisa menyelamatkannya. Truk itu menabrak Mia hingga terpental sejauh 7 meter. Jam menunjukkan 02.14 pada hari valentine penuh tragedi tersebut.

                                                                            ###

14 Februari

Dear diary,

Aku ingin sekali menyusul Alex.. aku ingin sekali.. Alex… aku ingin bunuh diri! Dan aku ingin makamku disamping makam Alex, agar kami dapat bersama di alam baka nanti.

                                                                            ###

Suasana pemakaman itu sangat suram. Terlebih lagi di pihak keluarga Visky. Mama Mia menjerit histeris krena kehilangan putri semata wayangnya. Ayah Mia berusaha menenangkan istrinya yang tidak terima bahwa putri tercinta mereka telah tiada.

Rana dan Vika juga di sana. Terduduk sedih di samping makam Mia yang bersebelahan di samping makam Alex.

“Ramiana Visky!! Kamu teman aku yang paling bodoh! Kenapa kamu tega sih?? Kamu ga ingat kami lagi ya??” Maki Rana. Vika disampingnya hanya tersedu menangis. Memang cobaan yang berat bagi Rana dan Vika yang harus kehilangan 2 teman terbaik mereka dalam semalam di hari valentine yang harusnya ceria itu menjadi suram akibat kehilangan sesuatu berharga diantara mereka semua.

Dilangit sana seorang cewek dan seorang cowok menatap sedih ke arah pemakaman sambil bergandengan tangan. Mereka sedih harus berpisah dengan keluarga mereka dan sahabat mereka. Mereka harus membayar harga yang mahal untuk dapat bersama. Untuk menjaga ke’selamanya’ mereka.

 

                      THE END