VALENTINE PERTAMA (chp2 & 3)

 

 

Chapter 2

        Nara tersentak sadar dari lamunannya ketika ia mendengar Rendy memanggilnya.

        “Nara.. ada apa?”

        “Tidak… tidak apa-apa,”

        “Kamu tidak bisa membohongiku, kasih..”

        Nara memutar kedua bola matanya, “Baiklah.. Aku merasa sepertinya aku melupakan sesuatu yang penting.” Kemudian Nara memandang wajah kekasihnya yang tersenyum menatapnya.

        “Perasaan kamu ajah kali.. bagaimana kalau kita lanjutkan kencan kita lagi?”

        Saat ini mereka memang sedang kencan, berjalan-jalan ke kota.

        “Baiklah.. hari Valentine dikota semarak yah? Dimana-mana ada pasangan.” Ucap Nara.

        “Tentu saja, dan kita pun menjadi salah satunya..”

        Ucapan Rendy membuat mereka tertawa dan bergandengan tangan melanjutkan keliling kota.

♪♣♪

Chapter 3

        Mereka sudah puas berkencan dikota dan sekarang duduk disalah satu bukit yang ada dikota. Angin sepoi-sepoi bertiup dan mereka sedang menikmati matahari terbenam.

        “Nara” panggil Rendy.

        “Ya?” jawab Nara tanpa mengalihkan perhatiannya dari pemandangan indah sore itu.

        “Aku punya hadiah Valentine untuk mu..” ucapan Rendy membuat Nara mengalihkan perhatiannya ke arah Rendy.

        “Sungguh? Waw! Kamu tau, kamu tidak perlu beri hadiah lagi. Kencan hari ini sudah ku anggap jadi hadiah Valentine terbaikku.”

        Rendy menggelengkan kepala dan berkata, “Tidak Nara, aku akan memberimu hadiah yang lebih spesial.” Kemudian dari balik jaketnya dia mengeluarkan sebuah pita merah dan sebuah kotak. Nara memasang muka tanda tanya.

        “Sekarang lepaslah pita dirambutmu itu.” Ucap Rendy. Nara pun mengikuti, dia melepas pita yang menghiasi kunciran rambutnya. Pita merah lusuh , hadiah pertama Rendy.

        “Dulu, aku hanya bisa memberimu pita lusuh, sekarang ku berikan pita baru untukmu.”

        “Tidak, Rendy. Semua hadiah darimu itu istimewa.”

        “Kemarilah, biar kupasangkan pita baru ini,” kemudian Rendy pun mengikatkan pita pada kunciran Nara.

        “dan..” lanjut Rendy, dia kemudian membuka tutup kotak hitam yang tadi dikeluarkannya. Didalamnya terdapat sebuah kalung. Kalung dengan bandul bertuliskan nama Nara. Nama lengkap Nara, Naraini. Titik pada huruf i bertahtakan berlian.

        “Cantik sekali,” puji Nara, “Ini untuk ku ya?” Nara mendongakkan kepala dan menatap Rendy yang menggangguk kepadanya.

        “Biar kupasangkan,” dan dengan cekatan Rendy mengalungkan kalung tersebut dileher Nara, kemudian memeluk Nara dari belakang. Nara terlihat menikmati pelukan itu.

        “Nara.. “ panggil Rendy. Narapun mengangkat kepalanya yang berada didada bidang Rendy, dan melihat Rendy.

        “Boleh aku menciummu?” Tanya Rendy ragu. Nara terkejut dengan pekataan Rendy. Namun ia senang.

        “Tentu saja boleh, Rendy.”

        Kemudian mereka pun berciuman dengan latar matahari yang telah terbenam dua pertiga nya.

♪♥♪

Valentine Pertama

        “Hari ini aku sangat senang…” Ucapku sambil tersenyum lebar dan kemudian menoleh memandang kekasihku, Rendy.

        “Kalau kau senang, aku pun begitu.” Balas Rendy dan manatapku dengan penuh kasih.

        Saat itu kami dalam perjalanan pulang dari kuil. Didesa kami sebuah kebiasaan mendatangi kuil dan memanjatkan doa, harapan, permintaan pada malam Kasih Sura. Sura adalah Dewi Kami, dan besok adalah hari pelimpahan Kasih Sura dan di kota biasanya disebut “Valentine Day”.

        Aku sedang menikmati semilir angin yang bertiup ketika Rendy tiba-tiba bersuara.

        “Nara..” Panggil Rendy, “Aku ingin mengatakan sesuatu..” Ucap Rendy tiba-tiba dan dia berhenti berjalan.

        Dan akupun ikut berhenti dan berbalik menghadapnya kami masih bergandengan tangan, “Ya?”, Wajah Rendy terlihat cemas dan kemudian berbagai macam emosi berbaur diwajahnya sampai-sampai aku tidak tau apa emosi yang terpatri diwajahnya  yang tampan.

        “Kau ingat bagaimana pertemuan pertama kita?” Tanya Rendy hati-hati. Aku tertawa kecil mengingat memori hari pertama kami berjumpa yang sekarang memenuhi pikiranku.

        “Ya.. Kau tergeletak di tangga kuil, dan kelaparan. Saat itu aku sedang berdoa dikuil agar test akademi lanjutanku lulus. Kebetulan saat itu aku membawa makanan yang kubuat saat praktek pkk, hihihi…”

        “Lalu kamu masih ingat, saat aku menyatakan perasaan ku?”

        “hmm,” senyum masih menghiasi wajah Nara yang cantik jelita.”Aku masih ingat kala kita janjian bertemu di anak tangga saat dimana kita pertama kali berjumpa. Kemudian disana kamu menyatakan cinta. Kamu tau , betapa senangnya aku saat itu ketika kamu bilang jatuh cinta pada pandangan pertama..” cengiran lebar menghampiri wajah Nara.

        Tapi ekspresi Rendy tetap datar, dan cengiran Nara menguap begitu saja.

        “Ada apa? Jangan bilang kamu ingin putus denganku..” Nara panik.

        “Tidak, tidak, tidak.. kamu takdirku Nara.. hanya, aku yang sekarang tidak layak..” Ucap Rendy dan wajahnya mengumbar ekspresi sedih.

        “Kumohon.. Jangan tinggalkan aku..” Nara mulai menangis. Jari Rendy membelai pipi Nara dan menghapus air mata yang  menuruni pipi mulus Nara.

        “Tidakkah kamu penasaran dengan latar belakang ku? Yang sama sekali ku ungkit? Padahal aku kenal semua tentang mu. Apalagi kita sudah 1tahun manjalin kisah cinta..” Tanya Rendy, kemudian tangannya memegang kedua tangan Nara dan mendekapnya dibalik sepasang tangannya yang besar dan hangat.

        “Aku yakin suatu saat kamu akan bercerita.”

        “Sekarang.. aku akan memberitahumu, Nara.. tapi aku ingin menegaskan satu hal, Aku sangat mencintaimu, Nara, kamu pasti gadis yang ditakdirkan untukku.”

        “dan…” Rendy menyentuhkan telunjuknya dibibir Nara, membuat Nara tidak jadi menyela.

        “Jangan menyela, Nara.. biarkan aku menyelesaikan apa yang aku mulai..

        Selama ini aku selalu menghindar jika ditanya perihal tentang keluargaku.. aku bukannya tak mau jawab.. tapi bingung apa yang akan ku jawab.. karena keluargaku sudah tiada sejak 170tahun yang lalu” Rendy melihat ekspresi kebingungan dimuka Nara walaupun Nara berusaha menyembunyikannya.

        “Aku bukan manusia biasa, lebih tepatnya aku manusia penjaga. Aku menyimpan energi penjaga kuil dalam tubuhku membuatku tidak akan menua dan perkembangan tubuhku terhenti.

        Selama ini aku menjaga kuil dari roh-roh jahat dan para siluman yang ingin memakan hawa suci dan aku juga menjaga agar rumah mulia Dewi Sura tetap bersih dan suci.” Kini kebingungan diwajah Nara tidak dapat disembunyikan lagi. Hati Rendy merasa sakit, tapi ia tau ia harus mengatakan hal ini, ia sudah bertekad.

        “Setiap penjaga diberi waktu 150tahun untuk menjaga dan kemudian diganti oleh generasi selanjutnya. Aku sudah menjaga selama 170tahun yang artinya sudah lewat 20tahun. Sudah waktunya aku mencari pengganti. Dan kemarin aku menemukannya.

        Tetapi, aku bisa menjaga tempat ini untuk 130tahun lagi. Hanya jika penggantiku kalah dalam duel pelepasan, pertarungan, dan pembauran, dalam duel ini, ‘Pelepasan’ adalah saat kami melepas raga manusia dan menjadi raga binatang yang menjadi simbol roh kami. Dalam ‘Pertarungan’ adalah saat kami bertarung demi mempertahankan eksis kami. Saat ‘Pembauran’ adalah saat yang menang akan membaur dengan roh penjaga dan yang kalah akan diberi waktu satu hari untuk menyelesaikan segala urusannya dan kemudian membaur dengan yang berada di-Junjungan.” Ekspresi kebingungan itu memancar dengan jelas di wajah Nara.

        “Aku sangat membenci takdir ku ini.. aku menjadi penjaga karena ketidak-sengajaan. Aku membunuh penjaga sebelumnya hanya untuk pelampiasan karna amarah bertengkar dengan keddua orang tuaku…” Rendy hendak melanjutkan ketika semak-semak dibelakangya tiba-tiba bergemerisik. Ia segera membalikkan badan, bersikat protektif melindungi Nara dibelakang tubuhnya. Nara pun ikut-ikutan memandang kearah pandang Rendy.

        “A..apa dia siluman atau roh-roh jahat?” bisik Nara ketakutan.

        “Bukan, dia penjaga selanjutnya. Namanya Amor,” bisik Rendy.

        “Tapi dia terlihat jahat!”

        “Ia dilatih dari kecil untuk membasmi siluman dan roh-roh jahat, sehingga membuatnya terlihat jahat! Percayalah di hari biasa ia bisa bercanda ria denganmu..”

        “Tapi, kenapa malam ini tidak?”

        Sepertinya Amor mendengar percakapan mereka karena tiba-tiba ia menyela.

        “Halo, kakak.. dan selamat malam.. ku lihat engkau sudah menceritakan kisah mu kepada kekasih manusiamu! Salam kenal kakak ipar! Ahahahhahaha… apakah kakak sudah siap?” ucap Amor dan seringai lebar memenuhi wajahnya.

        “Siap? Siap untuk apa?” Nara bersuara. Amor kemudian menatap Nara. Tatapannya biasa saja tapi orang yang ditatanya menjafdi ciut, danitu yang terjadu pada Nara.

        “Kau belum memberitahunya, kakak? Bahwa mala mini malam suci duel Pelepasan, Pertarungan dan Pembauran?”

        Rendy dapat merasa tubuh Nara tersentak dan kakukemudian rileks lagi.

        “Kau mengganggunya Amor.” geram Rendy, “menjauh dari sini.” bisiknya pada Nara.

        “Tapi…” Nara tak jadi melanjutkan perkataannya. Ketika ia mendengar suara gemuruh dan Amor mendadak berubah menjadi Anjing besar berbulu abu-abu. Nara kemudian merasakan Rendy mendorongnya lebih kebelakang dan kemudian Rendy berubah menjadi anjing yang lebih besar dan bewarna hitam pekat.

        Nara terkesiap dalam wujud anjing pun Rendy tampak mempesona dimatanya. Kemudian mereka mulai melakukan pertarungan, saling menggigit, melempar, mencakar. Nara lebih banyak mengeluarkan pekik tertahan. Dan ia seperti merasakan sakit yang dirasakan Rendy ketika ia digigit, dicakar, ataupun dilempar. Kemudian Nara melihat ekor Amor memanjang dan siap melempar Rendy, namun Rendy lebih cekatan dan ia menghindar dengan sukses, namun tidak dengan Nara. Ia terkena sabetan ekor Amor. Dan dia berteriak kencang. Tubuhnya serasa remuk menghantam pohon besar di dekatnya. Teriakannya membuat konsentrasi Rendy pecah dan ia segera berballik melihat keadaan Nara. Dan Amor tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ekor nya yang masih memanjang ditusuknya ketubuh Rendy, tepat dijantungnya, tempat persemayaman roh penjaga.

        “Bertahanlah,.. Na..Nara.. kekasihku..” dan Rendy dalam sosok menusianya tumbang. Kemudian semua menjadi gelap!

♪♠♪

Cactus : I’ll always be with you, Boy

Title                 : “Cactus : I’ll always be with you, Boy.”

Author             : Yuyuz Ajah (@yuz_yga)

Main Cast        : Kwon Ji Yong

                          Aku (OC)

Other Cast       : Yeoja (OC)

                          Dong Young Bae

Length             : One Shoot

Genre              : (bingung termasuk genre apa -____-a)

Rating             : T

Warning          : Gaje, Typo(s), ada kata kasar yang tidak disensor, de el el

Disclaimer       : Alur nd Plot cerita serta OC adalah milik saya. Sedangkan tokoh adalah milik    Tuhan hehehe. Ini asli pemilkiran saya tanpa mencontek. And please don’t plagiarism ^^

A/N                 : ini ff saya yang (berani) saya post secara umum. Dan ini juga ff saya yang berhasil saya selesaikan *lirik kearah ff yang setengah jalan*. Berhubung saya adalah writer baru, saya mengharapkan komentar masukkan untuk ff saya. Dan maaf kalau ff ini rada gaje dan sudut pandangnya membingungkan #Bow

 

  Happy reading ^^.

~Jangan paksa membaca jika ditengah jalan readers tidak suka dengan jalan ceritanya~

 

 

 

Aku sedang asyik menikmati pancaran sinar matahari sore ketika jam berdentang 4 kali menandakan telah pukul 4 sore. Pikiranku langsung tertuju pada sesosok yang telah merawatku selama ini. Aku hapal semua kebiasaannya, dan jam membantuku menyusun urutan kebiasaannya. Seperti kali ini, pukul 4 adalah waktunya ia pulang kerja, pasti tak lama lagi aku akan mendengar suara pintu dibuka kemudian dia masuk dan selalu paling pertama menghampiriku.

 

Aku masih menikmati cahaya matahari ketika kudengar pintu terbuka, lalu kudengar suara langkahnya disusul suara berdebug pelan, suara tasnya yang dilempar ke sesuatu yang dinamakan sofa. Aku tau sebentar lagi ia akan mencapaiku dan membawa ku ketempat biasa ia menaruhku. Kemudian aku terangkat dari posisiku sekarang, dibawa kesuatu tempat seperti biasa, tempat ia bisa selalu melihatku, bercerita kepadaku, merawat ku, bahkan berbicara kepadaku walau ia tau aku takkan bisa menjawabnya.

 

“Ahh~ mari kulihat, sepertinya kamu agak kering, aku akan segera kembali membawakan beberapa tetes air untukmu.” Aku mendengar ia berucap. Tak lama kemudian aku merasakan beberapa tetes air membasahiku, aku langsung merasa segar, aku memang sedang kehausan karena terik siang ini begitu panas.

 

Ia kembali mengangkatku, kemudian sambil membawaku ia berjalan kearah sofa dan duduk diatasnya. Ia menimangku, dan bermain-main denganku bagai ia tak takut dengan keadaanku. Ya, keadaanku yang beda dengan kaum ku. Tubuhku jelek, gendut dan berduri, dan aku tidak berwarna warni seperti yang lain, dan juga aku tidak bisa berbunga kecuali jika aku akan mati. Aku selalu di panggil Kaktus jika temannya datang berkunjung dan melihatku.

 

“Apakah kau tau?” Ucapnya memulai cerita rutin kami, ah atau lebih tepat cerita rutinnya aku hanya sebagai pendengar setia. “Tadi aku melihatnya, dan yeoja itu juga melihatku, ia kemudian memberi senyumannya yang kusuka itu. Aku agak canggung membalas senyumnya, tapi kurasa aku memberi senyuman terindahku kepadanya.” Ekspresi mukanya terlihat berseri-seri ketika bercerita. Sudah seminggu ini dia memiliki topik baru, tentang seorang yeoja yang sedang disukainya.

 

Aku suka melihat ia sangat bahagia ketika bercerita tentang seorang yeoja yang tak pernah kulihat tersebut. Walau entah kenapa aku tak suka, jika pria ini, pria yang bernama Kwon Ji Yong bercerita tentang yeoja lain. Ia kembali bercerita, dan aku kembali menjadi pendengar setianya.

 

~*~

 

Jam berdentang 5 kali, yang seharusnya menandakan sudah pukul 5 sore dan memang sudah pukul 5 sore. Sudah 1 jam aku menunggu kepulangan Kwon Ji Yong. Tapi ia tak pulang-pulang. Tak biasanya ia pulang terlambat. Aku terkejut ketika mendengar suara pintu terbuka keras disusul suara ribut tanda ia sedang berlari. Tak lama kemudian ia segera berjongkok di depan jendela, tempat dia meninggalkan ku ketika ia pergi kerja dipagi hari. Ia terlihat kehabisan nafas walau ekspresi mukanya terlihat sangaat senang.

 

“Kaktus!! Tadi aku pulang bersamanya!! Kini aku tau dimana dia tinggal, aaahhhh!! Rasanya senang sekali!” Ucapnya bersemangat. Ia kemudian duduk dibawah jendela dan bercerita tentang kejadian selama dia dan yeoja itu pulang bersama. Aku tak ingin mendengar, tapi aku tak bisa membuat diriku berhenti mendengar ocehannya. Aku merasa sangat marah. Marah kepada yeoja itu. Dia mengambil waktu kebersamaanku bersama Kwon Ji  Yong, pemilikku.

 

~*~

 

Sudah 3 bulan Kwon Ji Yong dan yeoja itu dekat. Dan selama 3 bulan aku harus menahan diri untuk mendengar cerita seputar yeoja tersebut. Dan dalam rentang waktu 3 bulan, ia selalu pulang lewat jam 4, bahkan pernah sampai malam, membiarkan ku kedinginan didepan jendela.

 

Yeoja itu pernah datang kemari sekali. Ia memang cantik seperti penggambaran Kwon Ji Yong, tapi aku semakin tidak suka kepadanya ketika ia mengatakan aku tanaman jelek yang tidak pantas dipelihara. Untungnya Kwon Ji Yong masih menyayangiku dan tak membuangku seperti saran atau paksaan dari yeoja itu.

 

8 dentangan. Aku sudah 4 jam terlalu lama di jendela. Dan aku kedinginan, tapi ia belum pulang. Bisa kutebak mereka pasti pergi ke suatu tempat bermain dan kemudian makan malam bersama. Semakin lama waktu ku dengan Kwon Ji Yong semakin berkurang karena kehadiran yeoja itu. Dan aku semakin, semakin, semakin, semakin membenci yeoja itu ketika Kwon Ji Yong pulang jam 11 malam.

 

~*~

 

  Aku terkejut mendengar suara pintu terbanting kasar. Siapa itu? Tanyaku berkali-kali, tapi yang kulihat disana adalah pemilikku. Seingatku jam baru berdentang 2 kali, mengapa ia pulang secepat ini? Aku merasakan firasat buruk ketika melihat ekspresinya yang sangat sedih. Dan ketika ia melihatku aku merasa ia sedang memikirkan hal lain. Tiba-tiba ia bergerak dan mendekatiku.

 

“Aku … ditolak olehnya.” Ucapnya dengan nada yang terdengar sangat menderita. Aku turut bersimpati. Kebencianku bertambah kepada yeoja itu.

 

“Apakah kau tau apa alasannya? Hahaha” tawanya terdengar mengerikan. Terdengar pilu secara bersamaan. “Alasannyaa..” ia melanjutkan, “Karena ia punya pria idaman lain. Dan mereka baru kemarin jadian.” Nada suara Kwon Ji Yong sangat menyayatku. Jika aku bisa menangis seperti manusia maka aku akan menangis mengantikan dia yang tak bisa menangis.

 

“Aku ingin mati.” Ucapnya tiba-tiba. Matanya menerawang jauh. Aku sangat ketakutan melihatnya seperti itu. Aku tak ingin dia mati. Yeoja sialan itu! Aku akan mengutuknya jika aku bisa! Tapi yang bisa kulakukan hanya menambah kebencianku pada yeoja itu. Seusai mengucapkan itu dia beranjak. Dan selama sisa hari itu dia tak berbicara sepatah katapun kepadaku lagi.

 

~*~

 

Aku bangun dari tidurku ketika kurasakan badanku terangkat. Ah~ ternyata dia sedang memindahkanku ke jendela. Kudengar suara berdentang 5 kali. Baru jam 5 pagi? Apa aku tidak salah? Dia tak pernah bangun sepagi ini. Tapi yang lebih aneh lagi ia tidak meletakkan ku di jendela seperti biasa. Ia mendorong sebuah kursi tinggi mendekati jendela dengan menyisakan sedikit jarak dan meletakkanku disana. Ia jarang meletakkanku seperti ini. Kecuali jika ia akan pergi selama sehari biasanya sih ia akan kerumah dongsaengnya, kalau tak salah namanya Dong Young Bae. Dia pria yang baik seperti pemilikku. Dan tak jarang ketika ia bertandang ia akan melakukan hal yang sama dengan pemilikku. Berbicara padaku.

 

Apakah ia akan menginap dirumah Dong Young Bae lagi? Apakah sesuatu yang bernama game itu bisa membuatnya melupakan yeoja sialan itu? Aku terus bertanya-tanya. Tapi pertanyaan itu tak akan pernah mendapat jawaban.

 

~*~

 

Aku terbangun dengan rasa terkejut karena suara dentang jam. Dengan seksama aku menghitung dentang jam. Pukul 8. Ini adalah waktu dimana biasa Kwon Ji Yong pergi untuk kerja. Tetapi entah kenapa aku merasa tidak nyaman, seakan-akan suara dentang itu bergema dan menggetarkan seluruh duriku. Aku merasakan firasat buruk ketika aku tiba-tiba teringat pada Kwon Ji Yong. Apa yang ia lakukan selama 3 jam diluar? Berbagai pertanyaan berputar di pikiranku sehingga tanpa sadar aku tertidur.

 

~*~

 

Sudah 2 hari aku menunggu Kwon Ji Yong pulang. Tapi ia tak kunjung pulang. Ia tak pernah membiarkanku sendiri lebih dari 1 hari. Biasa ia akan membawaku turut serta jika ia punya rencana pergi lebih dari 1 hari. Hari ini seharusnya  jadwal ku di beri minum dan aku sudah sangat kehausan. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, aku sangat senang mendengar itu. Dan tidak sabar menunggu ia menyiramku dengan beberapa tetes air sambil bercerita kepadaku. Tapi perasaan itu meluap ketika dari balik dinding pembatas antara pintu dan ruang tamu yang muncul adalah Dong Young Bae, bukan Kwon Ji Yong. Tatapannya terlihat sangat sedih, ia mengedarkan pandanganya keseluruh ruangan pelan, kemudian pandangannya terhenti kearahku. Ia tersenyum, senyuman sedih. Kemudian dengan pelan berjalan kearahku, aku setengah berharap Kwon Ji Yong akan muncul di belakangnya sambil tertawa lebar. Sebuah kalimat terus terputar ulang ketika Dong Young Bae dengan wajah sangat sedih sekaligus kusut berdiri di depanku.

 

Aku ingin mati. Aku ingin mati.

 

Dong Young Bae duduk dihadapanku, setetes air matanya jatuh dari matanya. Sambil menatapku ia berbisik,

“Pemilikmu, ia meninggalkan mu sendiri. Dia… Kwon Ji Yong-hyung telah meninggal.”

 

~*~

 

Aku tidak tau bagaimana cara aku melewati sisa hari itu. Tapi yang paling jelas adalah aku terus memikirkan namja itu. Bagai sedang menonton film, kenangan antara kami terus berputar dipikiranku.

 

~*~

 

Aku mendengar suara pintu terbuka, hari masih cukup pagi, walau aku tak tau pukul berapa sekarang karena aku tidak memerhatikan dentang jam lagi. Kemudian aku mendengar suara orang berdebat. Salah satu suara kukenali sebagai suara Dong Young Bae. Tapi tidak dengan suara satunya lagi, suara itu milik seorang yeoja.

 

“Young Bae-ssi, saya tidak tau apa maksud anda membawa saya kemari. Bisa tolong jelaskan?” Terdengar suara yeoja tersebut.

 

“Sudah kukatakan bukan, bahwa hyung menginginkan ku untuk memberi sesuatu yang berharga baginya kepadamu.” Jawab Dong Young Bae. Kemudian aku melihat dia muncul dari balik dinding.

 

“Ya, ya, ya, kau sudah mengatakan itu berkali-kali. Tapi yang aku maksud itu, untuk apa memberiku barang berharga?” Formalitas dalam ucapan yeoja itu meluntur, dan Dong Young Bae berbalik menatapnya. Yeoja itu tidak dapat kulihat dengan jelas, karena sebagian wajahnya tertutupi oleh dinding, tetapi samar-samar aku mengingat bentuk tubuh itu. Aku berpikir keras ketika sebuah bayangan melintas. Bersamaan dengan itu yeoja tersebut maju mendekati Dong Young Bae.

 

“Apa? Kenapa menatapku seperti itu?” Terselip nada kesal di ucapannya, tapi aku mendapat kepastian siapa yeoja itu. Yeoja itu… yeoja yang telah merenggut Kwon Ji Yong dariku. Untuk apa membawanya kesini?? Memberi barang berharga? Barang berharga apa?

 

Dong Young Bae berhenti menatapnya kemudian berjalan kearah ku.

Chankamman, Chankamman. Aku gusar. Ketika Dong Young Bae mengangkatku dan membawaku mendekati yeoja itu.

 

“Ini. Sesuatu yang berharga milik hyung. Dia ingin anda merawatnya menggantikannya.” Jelas Dong Young Bae kemudian langsung berbalik menuju keranjang peralatan merawatku yang ia letakkan diatas meja dapur kemarin.

“Mwo?” terdengar nada tidak percaya dari yeoja tersebut. “Kenapa harus aku? Tidak bisakah kau yang merawatnya?” Jelas-jelas ia tak dapat menerima fakta bahwa dia harus merawatku. Jangankan dia, aku saja tidak bisa menerima. Kenapa harus yeoja ini yang merawatku? Kenapa tidak Dong Young Bae saja?

 

“Anda perempuan, selain itu anda juga pasti lebih telaten dari saya. Dan yang paling penting, hyung telah memintaku secara khusus melalui pesannya. 1jam sebelum kecelakaan.” Jelas Dong Young Bae. Sesaat suaranya terdengar bergetar.

 

1 jam sebelum kecelakaan? Apakah dia tau dia akan mati? Atau dia memang telahmerencanakan kecelakaan ini?

 

Dong Young Bae meletakkan ku didalam keranjang dan mengangsurkanku ketangan yeoja jahat ini. Yeoja itu menerimanya walau ia terpaksa kemudian langsung pergi sambil membawaku meninggalkan rumah Kwon Ji Yong. Rumahku.

 

~*~

 

“Kau benda terjelek yang pernah ku lihat! Kenapa sih dia memberikannya kepadaku? Apa maksudnya? Haiss, kalau tau begini aku tidak akan menggunakannya untuk membuat cemburu chagi-ku.” Ia terus berceloteh selama perjalanan. Aku tak begitu memperhatikan apa yang ia celotehkan, tapi perkataan terakhirnya membuatku terusik.

 

Menggunakan? Apa maksudnya? Apa ia memanfaatkan Kwon Ji Yong?

Membuat cemburu changi-ku? Apa itu artinya benar dia telah memiliki pria idaman lain?

 

Tak lama kemudian aku sampai di rumah dia. Begitu masuk rumah, ia langsung berjalan memasuki sebuah ruangan yang dapat ku asumsikan adalah kamarnya. Kemudian dia mengeluarkan ku dari keranjang.

 

“Auw!” pekiknya. Kurasa tangannya dengan ceroboh telah tertusuk di duri ku. Ya, aku sangat senang akan hal itu, apalagi mendengar ia mengeluarkan beberapa umpatan terhadapku. Berusaha untuk kedua kalinya ia berhati-hati mengangkatku takut akan tertusuk lagi. Ia meletakkan ku di sebuah jendela disamping lemari.

 

“Kau kuletakkan disini supaya aku tidak melihatmu ketika aku bangun pagi dan ketika aku membuka lemari kau akan terhalang oleh lemari. Selain itu ini juga tidak akan terlihat jika aku sedang bekerja di meja kerjaku.” Ucapnya dengan nada yang penuh kebencian.

 

Ya, sama, aku juga tidak ingin melihatmu setiap saat. Aku menjawab walau aku tau dia tidak akan pernah mendengar.

 

~*~

 

Sudah 5 hari aku tinggal dirumah yeoja jahat ini. Awalnya aku senang karena tidak melihatnya mengingat posisiku agak tertutup, tapi mulai cemas ketika aku menyadari, aku membutuhkan yeoja sialan itu untuk memberiku asupan air. Aku sangat kehausan sekarang, sampai-sampai aku berhalusinasi merasakan sesuatu berbeda di tubuhku.

 

Sesuatu bergerak didalam tubuhku. Dan itu membuatku takut.

 

~*~

 

Aku terbangun dengan perasaan terkejut melihat pantulanku di kaca jendela. Sesuatu menempel ditubuhku. Tetapi aku mulai menyadari apa itu ketika kulihat ia bukan menempel, melainkan tumbuh. Bunga. Aku tidak tau aku bisa berbunga. Tapi aku tau apa penyebabnya. Kwon Ji Yong pernah mengatakan bahwa jika Kaktus berbunga itu pertandakami akan mati, dan menarik perhatian dengan bunga sehingga seseorang akan bergerak untuk menyiram kami.

 

Ah~ ternyata begini efek tidak minum selama 6 hari. Tiba-tiba aku mendegar suara menguap. Aku tau itu suara yeoja itu, ia selalu menguap dengan keras dipagi hari. Kemudian kurasakan ia berjalan mendekatiku.

 

“Eiuh! Apa ini? Benda jelek ini berbunga? Yang benar saja?” Ternyata bungaku menarik perhatiannya. Ia mendekatkan tangannya dan mencabut kasar bungaku. Rasanya sakit karena bagian diriku tercabut dengan kasar. Tapi aku mendengar ia mengerang.

 

“Dasar benda sialan!” makinya. Kulihat salah satu jarinya berdarah dan disana terancap duriku. Tiba-tiba ia membuka jendela tempat aku mendekam dan mendorongku. Ia membuangku. Dan ia melemparku lewat jendela kamarnya yang berada di lantai 2. Saat jatuh aku dapat melihat bungaku melayang diatasku, mengikutiku jatuh ke tanah.saat itu aku tau apa yang pasti terjadi padaku.

 

~*~

 

Aku merasa kesadaranku menipis. Mungkin ini saatnya aku akan mati. Ya. Mati. Ketika jatuh potku pecah berkeping-keping, tanah yang menjadi sumber kehidupanku berhamburan. Sebagian akarku tidak tertutupi tanah merasakan langsung udara dingin malam hari.

 

Kwon Ji Yong

 

  Nama itu terus kulantunkan semenjak aku dibuang. Dan kali ini aku kembali memanggilnya.

 

Kwon Ji Yong. Kwon Ji Yong. Dimanapun kau berada, bisakah kau membisikkan tempat kau berada sekarang kepadaku? Aku ingin kembali berada disampingmu. Aku ingin kembali mendengar ceritamu. Aku ingin setia bersamamu selamanya. Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi. Tolong, tolong terima aku kembali disisimu. Tolong bisikan dimana tempatmu berada sekarang.

 

Tiba-tiba angin berhembus kencang, membalut tubuhku. Aku tidak merasakan apa-apa, walau aku tau itu angin musim dingin. Tapi aku senang ketika angin itu melewatiku. Aku mendengar sebuah melodi yang dibawakan angin itu kepadaku. Ya, melodi indah. Aku merasa sesuatu terjatuh di tubuhku, kemudian menyadari bahwa itu adalah salju.

 

Salju pertama di tahun ini. Samar-samar kulihat bayangan pemillikku dilangit. Ia tersenyum kepadaku kemudian mengulurkan tangan kepadaku. Aku merasa terbang kearahnya. Salju menembus tubuhku bersamaan dengan aku mendekatinya.

 

Kita kembali bersama, Kaktus-ku. Ku dengar ia berbisik.

 

### The End ###

 

Gmna readers? Mengecewakan? Bagus? Ato kurang? Tapi saya mau mengucapkan terima kasih buat yang udah baca ff ini sampai abis #Bow saya ga memaksakan untuk komentar tapi saya kan sangat senang jika ada yang mau berkomentar XD sekali lagi kamsahamida buat readers sekalian #BowAgain ^^