Last Valentine Ketika selamanya tak dapat dipertahankan.. dan ketika selamanya terenggut, sebuah kehidupan menjadi korban. Kehidupan yang dipermainkan oleh sesuatu bernama takdir. Dan ketika ‘selamanya’lah yang merubah segalanya dan kehilangan sebuah kehidupan.

31Januari

Dear diary,

Semalam aku mimpi. Mimpinya mengerikan.. dimimpi itu aku melihat pacarku, Alex sedang berlari seperti sedang mengejar sesuatu. Dan tempat dia berlari adalah jalanan dekat rumahku. Aku tidak tau apa yang Alex kejar sampai ia sangat terburu-buru hingga tidak melihat lampu lalu lintas, dan sesuatu yang buruk terjadi.. Alex tertabrak dan … mati. Hal terakhir yang ku ingat sebelum bangun adalah , aku berteriak!

                                                                            ###

1 Februari

“Alex!” Panggil Mia ketika melihat dia didepan pagar rumahnya. Alex membalas panggilan Mia dengan senyumannya yang mempesona.

“Morning, dear..” Sapanya ketika Mia sudah disampingnya.

“Morning too,” Balas Mia ceria. Pagi itu seperti pagi-pagi biasanya, mereka berangkat bareng menuju sekolah. Sekolah mereka cukup dekat, hanya butuh 15menit  berjalan kaki dari rumah Mia. Mereka selalu menikmati waktu-waktu yang dihabiskan mereka setiap pagi itu. Cuaca cukup dingin karena mulai mendekati musim gugur.

Mia dan Alex sudah pacaran cukup lama, mereka sudah menjalin kisah mereka selama 2,5 tahun. Mereka pasangan yang sangat cocok, walaupun Alex lebih tua setahun dari Mia. Status mereka cukup terkenal di sekolah,dan sudah dipastikan akan hidup bahagia selamanya. Hidup makmur sentosa. Bagaimana tidak? Alex Sham seorang putra sulung dari direktur sebuah perusahaan parfum terkenal, bukan hanya tajir tampangnya yang berada diatas rata-raata membuatnya banyak digemari adik-adik kelas. Sedangkan Ramiana Visky merupakan satu-satunya putri keluarga Visky yang terpandang dikota mereka dan Mia tentu saja sangat cantik, walau tau Mia telah memiliki Alex, Mia tetap saja selalu menerima surat cinta dari penggemarnya.

Sesampainya di sekolah mereka berpisah karena berbeda tingkatan, kelas Mia berada di lantai 2 sedangkan kelas Alex berada dilantai 3.

“Nanti pulang bareng?” Tanya Alex.

“Tentu saja!” Jawab Mia cepat.

“Baiklah, kalau begitu tampat biasa ya.” Selesai berkata Alex segera mencium kening Mia dan langsung pergi membuat Mia melu setengah mati.

Setelah itu Mia segera masuk ke kelasnya dan dia langsung menuju bangkunya, didekat bangkunya sahabat-sahabatnya talah menunggunya.

“Pagi!!” Sapa Mia semangat.

“Ciee.. yang uda semangat pagi-pagi” Goda Rana, sahabat Mia yang paling centil. Karena Rana lah Mia dan Alex menjadi sepasang kekasih sampai saat ini.

“Ntah tuh.. mentang-mentang uda dapat suntikan semangat di pagi yang dingin ini, “ Sambung Vika, sahabat Mia yang lain yang paling ‘puitis’.

“Aduh.. apaan sih.. jahat deh kalian menggoda aku begitu” Ucap Mia tersipu

“Waduh gawat, Vi! Mia tersipu malu tuh,, hihihi” ucapan Rana membuat Mia tersipu alhasil Mia beberapa kali memukul kecil kedua temannya tersebut.

“Eh, Mi, bentar lagi valentine kan.. kamu mo kasih apa ke Alex?” Tanya Rana

“Oh iya ya.. Aku lupa! Emm belum kepikiran sih,, masih 2 minggu juga.” Jawab Mia

“2 minggu itu cepat lohh.” Tambah Vika

“Emm, nanti kupikirkan dehh.. “ Ucap Mia

“Yeee… sekarang dong, aku kan pengen tau,” Ucap Rana

“Ga mau ah, soalnya pak guru uda datang tuh,” Tandas Mia, melihat kedatangan guru mereka Rana dan Vika segera kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

 

                                                                            ###

10 hari kemudian…

11 Februari

“Alex!” Panggil Mia kesal, masalahnya dia sudah panggil Alex untuk kesekian kalinya, tapi Alex malah tidak menoleh sama sekali.

“Hah?! A.. Apa?” Alex tergagap karena terkejut dengan suara Mia yang lumayang kencang.

“Kamu kenapa sih?? Akhir-akhir ini kalo aku ajak ngomong kamu suka ga fokus.” Ucap Mia kesal.

“Sorry, aku ngantuk banget, jadi ga fokus,” Jelas Alex

“Selalu itu jawabannya! Sekarang kalo ku ajak kencan juga ga mau, kamu uda bosen sama aku ya?” Ucap Mia marah. Beberapa hari ini memang Alex terkesan cuek, padahal valentine tinggal beberapa hari lagi dan dia sudah berancana tukar kado dengan Alex, tapi Alex malah membuatnya kesal.

“Aduh Mia, suara kamu kecilin dong, kan malu..” Ucap Alex menenangkan

“Gak! Sebelum kamu jelaskan kenapa kamu belakangan ini sering ngantuk!” Mata Mia terasa panas, dan mulai berkaca-kaca. Ia sanagt berharap Alex menjawab pertanyaannya, tapi dilluar dugaan Alex malah memalingkan mukanya dan diam seribu bahasa.

“ALEX SHAM!! Pandang aku dan jawab aku!!” Suara Mia mulai tidak terkontrol, dia sudah tidak tahan lagi.

“Mia, tolong tenang,” Alex mencoba memegang bahu Mia, tapi tangan nya ditepis Mia dengan kasar

“Jawab pertanyaan aku!”  Paksa Mia

“Sorry, Mi aku ga bisa jawab” Jawab Alex tanpa memandang Mia.

Alex tau jika ia memandang Mia ia akan mengatakan yang sebaenarnya, dan ia tak mua usahanya untuk membuat surprise kepada Mia gagal. Tapi jawaban Alex malah membuat Mia semakin marah dan berlari meniggalkan Alex airmatanya tidak terbendung. Dia mendengar Alex memanggilnya di belakang, tapi ia terus berlari sampai di rumahnya, ditutupnya pagar rumahnya tepat di depan muka Alex dan Mia langsung berlari masuk. Sedangkan Alex berdiri terpaku di depan pagr rumah Mia, memandang sendu ke punngung Mia yang menjauh.

                                                                            ###

13 Februari

Sudah 2 hari Mia tidak berbicara dengan Alex. Ia masih marah dengan Alex. Dan Alex juga tidak pernah menghubunginya sejak saat itu. Ia memang marah pada Alex tapi ia juga rindu terhadap cowok yang telah dicintainya selama 2,5 tahun tersebut, namun harga diri Mia mengalahkan rasa rindu yang mulai menyiksa.

Siang  ini, Rana dan Vika mengunjungi Mia yang hari ini tidak masuk sekolah karna tidak sanggup bertemu Alex nantinya disekolah.

“Mi, bicaralah pada Alex.” Vika memulai pembicaraan

“Ngga! Kenapa harus aku? Seharusnya dia mencari ku! Dia tidak menjawab pertanyaanku,” Balas Mia marah

“Kenapa dia harus menjawab pertanyaan mu?? Kan hak dia untuk tidak menjawab, siapa tau itu urusan keluarganya. Kamu kenapa sih Mi? Kok jadi sensitif, ingat ga waktu kamu lagi ada masalah dan ga bisa cerita ke Alex, dia mengerti kok, dia tidak marah dan kekanak-kanakan seperti kamu.” Ucap Rana panjang lebar

“Kok kamu bela dia sih, Ran! Kamu dibayar berapa sama dia? Sahabat kamu itu dia atau aku, Ran?” Tanya Mia bertubi-tubi. Namun dalam hati dia membenarkan apa yang dikatakan Rana

“Aku ga bela dia, Mi.. aku bicara fakta. Dan aku tidak dibayar, walaupun dia meminta pun aku tidak memungut bayaran.  Justru karena sahabat makanya kau bicara, kalo engga ya kubiarkan kamu, kalo aku bukan sahabat kamu, bisa aja aku merebut Alex. Tapi aku ga sajahat itu, Mi.. aku tau kamu kangen sama Alex, mengakulah..” Ucapan Rana membuat pendirian Mia goyah dan dia menangis sekencang-kencangnya di pelukan Vika malampiaskan apa yang menyesak hatinya selama 2 hari ini.

 

Mia telah berjam-jam mengamati hpnya. Dipelototinya nomor Alex di phonebook. Walaupun sudah hapal tapi Mia rasanya tidak sanggup menekan nomor Alex, makanya dia mengandalkan nomor Alex yang tersimpan di phonebook nya. Tapi ia tidak punya kebranian untuk menelepon Alex. Berkali- kali ia menekan tombol call, tapi berkali-kali juga ia langsung menekan tombol end. Ia merasa frustasi, ia sudah berjanji pada Rana dan Vika untuk minta maaf, siang tadi Rana dan Vika sudah menjelaskan alasan Alex mengantuk. Itu di sebabkan Alex keerja pruh waktu. Ia memang tidak memberitahu Mia karena gaji hasil kerjanya itu akan dibelikan sebuah cincin untuk Mia. Tapi tetap saja Mia tidak punya keberanian untuk menelepon Alex.

Setelah Rana dan Vika pulang, hari mendadak hujan sehingga cuaca menjadi sangat dingin. Mia sendiri kedinginan sehinnga menyalakan pemanas ruangan dikamarnya. Jam menunjukkan pukul 15.00 dan Mia memutuskan keluar kamar menuju ruang tamu. Entah kenapa ia ingin ke ruang tamu duduk disofa empuknya menenangkan dirinya. Baru saja ia akan duduk ketika bell rumahnya berbunyi, disibaknya tirai jendela dan terkejut melihat Alex berdiri di depan pagarnya. Kehujanan dan kedinginan. Ia segera berlari keluar tanpa berpikir untuk mengambil payung. Yang ada dipikirannya adalah Alex. Ia berlari melintasi jalan setapak, dan ia ceroboh menginjak genangan air dan terpleset. Dan sesuatu berkelebat di pikirannya. Mimpinya 2 minggu lalu membayangi pikirannya dan hal itu membuatnya takut dengan gerakan cepat ia berdiri dan membuka pagar untuk Alex.

“Mia, mana yang sakit??” Tanya Alex ketika langsung melihat Mia. Seketika rasa bersalah menyerang Mia. Ia merasa bersalah, Alex masih sayang padanya.

“Tidak apa-apa, ayo cepat masuk biar ku bawakan handuk dan minuman hangat.” Ucap Mia

“Lex, kamu kekamar aku aja dulu aku menyalakn pemanas ruangan disana.” Kata Mia. Alex langsung menuju kamar Mia tanpa mengucapkan apa-apa. Hal itu membuat Mia sedikat heran, tapi dia tidak menanggapinya, disambarnya hpnya yang tadi diletakkan di meja yang berada di ruang tamu, dnegan segera dia menuju dapur yang tembus ke tempat cucian. Diletakkan hpnya diatas meja makan dan segera menghampiri pembantunya.

“Bi, minta handuk bersih 2.” Ucap Mia. Pembantunya terkejut melihat Mia kebasahan segera menuju ruang mencuci dan memberika 2 helai handuk kepada Mia

“In..” Belum sempat pembantunya bicara Mia telah melesat pergi setelah sebelumnya diminta untuk menyiapkan minuman hangat 2 gelas.

Dikamar dilihatnya Alex sedang melamun. “Lex..” Panggil Mia pelan. Alex segera menoleh dan melihat wajah sedih Alex membuat Mia menangis.

“Mia, sorry..” Alex ingin menjelaskan tapi segera dihentikan oleh Mia. Mia mendekat dan mengeringkan Alex yang basah. Mia juga basah namun dia tidak merasa kedinginan. Dia lega setelah melihat Alex, dia bertekad untuk minta maaf ketiak mereka telah berganti pakaian yang hangat dan meminum pakaian yang hangat. Tanpa sengaja Mia melihat tangan kanan Alex yang mengepal.

“Lex, buka tangan mu, biar ku lap sebentar.”

“Tidak bisa” dilihatnya Alex yang menatapnya seakan-akan dia tiak akan melihat Mia lagi. Mia yang luluh terhadap tatapan itu pun tidak bertanya apa-apa. Seandainya dia memaksa Alex, maka dia akan tau kenyataanya lebih cepat. Namun ia tidak sedang ingin berdebat dengan Alex.

“Tunggu sebentar biar kuambilkan minuman hangat dan pakaian hangat.” Ucap Mia dan pergi menuju dapur.

Sesampainya di dapur dilihatnya pembantunya sedang gelisah. 2 gelas minuman hangat berada di nampan yang di letakkan di atas meja makan bersebelahan dengan hp Mia.

“Loh, bi.. kenapa tidak diantar?”

“Anu, non.. “ wajah pembantunya terlihat pucat dan.. takut?

“Kenapa?”

“Anu.. tadi non bicara sama siapa di kamar?? Kenapa handuknya tidak dilap ke tubuh non? Malah membasuh udara kosong??” Perkataan pembantunya membuat Mia heran.

“Aduh, bi! Jangan buat takut ah..” Ucap Mia berusaha tersenyum dia mendekati meja makan dengan maksud mengambil minuman hangat.

“Kan ada Alex didalam. Masa ga liat sih bi?”

“Ga ada non.. non tadi bicara sama udara makanya bibi takut dan balik ke dapur lagi.”

“Ahh.. ada Alex kok.. bibi ini, jadi yang saya lap tadi siapa? Tadi kan bel rumah berbunyi.. itu Alex datang”

“Tadi bel gak bunyi.. Kalo bunyi mah bibi langsung bukain pintu.”

“Loh jadi tadi?..” Mia mendadak berhenti bicara. Ia kembali teringat dengan mimpinya yang tadi sempat teringat kembali ketika ia jatuh. Ia segera berbalilk badan ingin cepat-cepat menuju kamarnya ketika hpnya berbunyi dan nama Rana tertera di hp. Diangkatnya hpnya dan sebuah kenyataan menghantam Mia membuatnya pingsan.

###

“Mi..” Suara Rana terdengar serak

“Napa, Ran? Ada masalah? Suara kamu serak”

“Mi, janji kamu da bakal pingsan ya..”

“Kenapa sih?? Ada apa??”

“…”

“Ran! Buruan! Aku mo nyusul Alex nihh.. dia dikamarku kedinginan karna pas dia kerumah Alex kehujanan.”

“APA?!” Suara Rana terdengar terkejut. “Mia, jangan main-main ah!”

“Kok main-main?? Emang kenapa sih?”

“Mi, kamu bener ga tau?”

“Iya.. Buruan deh..”

“Aku bingung deh.. Aku dapat kabar kalo.. kalo..”

“Kalo apa?”

“Kalo Alex..”

“Kenapa Alex??” Firasat buruk menyelusup diri Mia. Ketakutan menyerang Mia. Dengan hp masih menempel di telinganya dia berlari menuju kamar.

“Alex kecelakaan” kata-kata Rana pas dengan Mia yang sampai didepan kamarnya dan mendapati Alex yang seharusnya disana tidak ada.

Seketika dunia Mia gelap dan dia pingsan.

                                                                            ###

Rasanya Mia tidak sanggup menangis lagi. Ia merasa air matanya telah terkuras habis. Tak habis ia berpikir. Tak habis ia menyesal.

Kenapa aku harus marah kepada Alex?

Kenapa aku tidak bisa jadi pacar yang baik?

Kenapa?

Kenapa harus Alex?

Pikiran Mia yang terakhir terus menggema di hatinya. Air matanya kembali menetes. Ia tidak sanggup menerima kenyataan bahwa Alex… Alex yang ia sayangi pergi. Rencana vanlentine yang ia siapkan menjadi semakin sia-sia.

Valentine. Ditatapnya cincin yang melingkar di jari manis Mia. Ketika kecelakaan itu berlangsung, ternyata Alex sedang terburu-buru menuju rumah Mia. Karena hujan ia salah melihat lampu lalu lintas. Dan sebuah mobil yang sedang melaju menabraknya. Saat itu Alex sedang menggengam cincin yang ia beli. Ia tidak sabar untuk memberikannya pada Mia. Ia genggam erat pada tangan kanannya dimana salah satu jarinya juga memakai cincin yang mirip dengan yang akan diberikannya pada Mia. Namun takdir berkata lain, walaupun ia diberi kesempatan untuk melihat Mia untuk terakhir kalinya dan berhasil menyampaikan pesan terakhirnya.

“Mia..” Sebuah suara menyadarkan Mia dari lamunannya. Ternyata Vika yangmemanggilnya.

“Mi.. kamu yang tabah ya..” Ucap Rana. Saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Mia. Sebelumnya mereka baru saja pulang melayat. 2 jam setelah kecelakaan Alex langsung dikuburkan.

“Mia..” Suara Rana terdengar frustasi

“Ran.. Vi.. kenapa mesti Alex?”  Itu adalah satu-satunya kalimat yang terlontar dari bibir Mia setelah ia sadar dari pingsannya.

“Ini sudah takdir Mi,” Jawab Vika

“Terimalah kenyataan ini, Mia.” Sambung Rana.

                                                                            ###

Malam itu terasa hening. Mia masih sadar. Walaupun jam telah menunjukan pukul 23.45 Mia belum tidur. Ia masih syok. Sejak Rana dan Vika pulang ia terus menerus mengurung diri di kamar. Tak mau makan tak mau minum. Ayah, Ibu dan Abang-abang Mia sedih melihat adik mereka yang terpuruk. Namun mereka tidak bisa mencegahnya, mereka memberi Mia waktu untukpulih dari syok itu perlahan-lahan.

Jam menunjukan pukul 02.05 ketika Mia keluar dari pagar rumahnya. Ia mengenakan sweater yang rencana akan diberikan kepada Alex sebagai hadiah Valentine. Dia berjalan dalam hening menuju tempat dimana Alex mendapat maut. Ia berdiri trotoar cukup lama. Air matanya mengalir.

Alex.. hari ini hari valentine.. tapi kenapa aku sendirian? Kenapa kamu harus pergi disaat aku sangat membutuhkanmu??

Tanpa sadar kaki Mia membawa Mia ke jalanraya, walaupun sudah sangat larut jalanan masi cukup banyak yang berlalu lalang apalagi truk yang lewat. Mata Mia kembali berkaca-kaca membuat pandangannya tidak jelas. Dan dia berhenti di tengah jalan. Ia berniat bunuh diri menyusul Alex.

Jangan, Mia!

Sebuah suara datang persis di depan Mia. Itu suara Alex.

Sementara di salah satu sudut jalan sedan melaju sebuah truk siap-siap berbelok ke jala dimana Mia berdiri.

Jangan, Mia! Mundur!!

“Alex? Alex, kamukah itu?”

Ya ini aku..

“Haa.. syukurlah mereka bilang kamu sudah mati.. ayo kita pulang.” Mia hendak meraih tangan Alex, tapi ia tidak bisa. Hati kecilnya bilang Alex sudah pergi, tapi otaknya tidak mau bekerjasama.

Mia! Mundurlah, hidup lah bahagia walau tanpa aku..

“GAK!! Aku Cuma mau sama kamu, Lex!”

Mia.. suara Alex terdengar frustasi

Tiba-tiba terdengar suara klakson yang terdengar sangat keras dan kejadian itu sangat cepat. Mia tidak sempat menghindar. Alex tidak bisa menyelamatkannya. Truk itu menabrak Mia hingga terpental sejauh 7 meter. Jam menunjukkan 02.14 pada hari valentine penuh tragedi tersebut.

                                                                            ###

14 Februari

Dear diary,

Aku ingin sekali menyusul Alex.. aku ingin sekali.. Alex… aku ingin bunuh diri! Dan aku ingin makamku disamping makam Alex, agar kami dapat bersama di alam baka nanti.

                                                                            ###

Suasana pemakaman itu sangat suram. Terlebih lagi di pihak keluarga Visky. Mama Mia menjerit histeris krena kehilangan putri semata wayangnya. Ayah Mia berusaha menenangkan istrinya yang tidak terima bahwa putri tercinta mereka telah tiada.

Rana dan Vika juga di sana. Terduduk sedih di samping makam Mia yang bersebelahan di samping makam Alex.

“Ramiana Visky!! Kamu teman aku yang paling bodoh! Kenapa kamu tega sih?? Kamu ga ingat kami lagi ya??” Maki Rana. Vika disampingnya hanya tersedu menangis. Memang cobaan yang berat bagi Rana dan Vika yang harus kehilangan 2 teman terbaik mereka dalam semalam di hari valentine yang harusnya ceria itu menjadi suram akibat kehilangan sesuatu berharga diantara mereka semua.

Dilangit sana seorang cewek dan seorang cowok menatap sedih ke arah pemakaman sambil bergandengan tangan. Mereka sedih harus berpisah dengan keluarga mereka dan sahabat mereka. Mereka harus membayar harga yang mahal untuk dapat bersama. Untuk menjaga ke’selamanya’ mereka.

 

                      THE END